Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Fenomena, Mendengar Sunyi dari yang Berbunyi

4 Desember 2021   23:47 Diperbarui: 4 Desember 2021   23:53 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suatu senja bersama keluarga di Pantai Tanjung Pesona, Bangka (23/2/2029), photo dokpri

Tak mungkin ada yang menjadi sebab, sehingga memunculkan akibat. Inilah hukum sebab akibat, yang sangat mempengaruhi cara pandang dan cara pikir banyak orang. Sehingga orang melihat dan memahami sesuatu akibat langsung merespons pada sesuatu sebab. Walau terkadang sebab yang dikatakan itu belum tentu benar. Karena sebab yang dikatakan itu "katanya".

Sampai disini, mendengar, melihat, dan merasakan sunyi, diperlukan kepekaan, kata Russell. Tanpa kepekaan, kita hanya mendengar, merasakan dan melihat fenomena. Begitu gampang kita akan terjerumus dalam fenomenisme. Jadi, fenomena yang semacam direkonstruksikan dengan lapisan noumena, substansil dan esensil, harus dibongkar untuk menemukan sebab, noumena. Sehingga dinamika berpikir selalu saja memiliki dasar sebuah pengetahuan. Dan karena itu, pengetahuan harus menjadi pembimbing kita mencapai kebenaran yaitu mendengar sunyi dari berbunyi. ***

Pangkalpinang, 4 Desember 2021 (11.43 wib)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun