Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sharing, Obat "Toxic Positivity", Selalu Ada Waktu untuk Diri Sendiri

28 Juli 2021   15:16 Diperbarui: 28 Juli 2021   15:39 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: dalam kesempatan refleksi diri (12/7/2019)

Proses meditasi terus berjalan. Dalam proses itu, saya menemukan bahwa pada satu bagian dimana perasaan-perasaan dalam diri "semacam tumbuh" kelegahan. Disaat yang sama, saya merasa fisik saya dingin dan ringan. Saya tetap terus bertahan dalam proses meditasi itu.

Hanya rasa yang muncul didalam diri. Rasa dingin berubah menjadi hangat. Tadi yang berkeringat, tidak berkeringat lagi. Raga yang terasa kuat dan bersemangat kembali. Seakan, jiwa telah dicash dan menemukan rasa kekuatan baru. Muncul dalam benak saya harapan dan kegembiraan, suka dan duka. Seakan terpulihkan kembali. Saya sadar tepat pukul 20.00 wib. Rasanya terpulihkan. Benar-benar terasa segar dan kuat. Rasa bahagia dan bangga. 

Dari pengalaman saya tadi, saya menangkap bahwa "Toxic Positivity", adalah sikap mengeneralisir suatu keadaan kepada suatu keadaan tertentu selama waktu tertentu dan terpendam dalam diri setiap orang. Rasa yang muncul kemudian sebagai resonansi terhadap tubuh dan jiwa seseorang. Toxic positivity, sadar atau tidak, seseorang mengalami ini. Baik itu dalam kadar yang kecil maupun dalam kadar yang besar. Toxic positivity perlu diolah dengan baik. Tanpa itu, berdampak buruk akan pskologis seseorang. 

Dunia sekitar dengan jamak situasi harus perlu diterima dan diolah, diatur dan diproses secara akal budi dan perasaan yang sehat. Berproses dengan akal budi artinya diterima dan direkam dengan pola kirim yang logis. Berproses dengan akal sehat berarti dengan pola pikir yang logis tadi sampai harus membangkit suatu perasaan yang benar. Iya... kalau sedih harus sedih dan ini harus diterima. Jika gembira, iya..harus gembira dan ini pun harus diterima. 

Dari pengalaman dan pemahaman yang terbatas tentang sikap mengeneralisir, yang sekarang Kompasiana menyebut sebagai Toxic Positivity, saya memiliki cara tadi, "perlu ada  waktu untuk diri sendiri". Waktu untuk diri sendiri inilah bisa diisi dengan berbagai tindakan reflektif. Hal ini dimaksudkan untuk membangkit kembali segala tindakan dan perasaan secara pribadi. Waktu untuk diri sendiri, saya lebih memilih untuk melakukan meditasi. Meditasi, cara untuk mengobati sikap generalisasi diri. 

Pangkalpinang, 28 Juli 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun