Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Liatkong

25 Juli 2021   21:10 Diperbarui: 25 Juli 2021   21:54 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri, salah satu sungai di Sungailiat, 24/7/2021

Liatkong, dialek Tionghoa Bangka yang artinya sungai kuning, atau dalam bahasa Indonesia sungailiat. Sungailiat, sungai penuh air dengan berwarna kuning. Mengapa demikian?

Cerita yang tertutur bahwa sungai dengan air penuh itu mengalir dari lubang-lubang camui (lubang bekas tambang timah). Air yang mengalir membawa tanah-tanah kuning, tanah liat bekas tambang.

Air hujan atau air yang dipakai untuk menambang timah. Hujan besar plus hutan yang gundul mengalir membentuk sungai. Bahkan bekas-bekas aliran itu kemudian menjadi sungai entah itu sungai kecil ataupun menjadi sebuah sungai besar.

Sungailiat menjadi sebuah nama salah satu ibu kota kabupaten di Pulau Bangka, Kabupaten Bangka. Kota ini dibelah beberapa sungai, ada sungai kecil dan ada sungai besar.

Saya sendiri pernah menghitung sungai-sungai ini. Ada dua sungai yang besar, sungai Batu Rusa sungai yang lebih besar. Sungai ini sebelum sungailiat ketika kita dari Kota Pangkalpinang.

Dan sungai agak kecil di luar kota sebelah utara, sungai di Deniang. Sementara sungai-sungai di kota Sungailiat sendiri, sungai-sungai yang kecil.

Bahkan hampir tak terlihat lagi, karena sudah ditutupi perumahan warga. Kita hanya bisa melihat kalau melewati jalan raya dengan ditandai jembatan kecil atau deker.

Sungai-sungai kecil hampir pasti kering, karena debet air hanya berharap dari air hujan. Tidak ada hujan, airnya tak mengalir, hanya menggenang saja. Apalagi, mentalitas orang untuk menghargai daerah aliran air belum begitu maksimal.

Sehingga sungai sebagai tempat pembuangan sampah. Terbongkar, ketika hujan lebat melanda, sungai-sungai tidak hanya mengalir air yang besar tetapi berbagai jenis sampah pun keluar ke jalan raya. Ekosistem yang ada didalam sungai-sungai kecil, hanya ikan-ikan kecil. Lumut-lumut dan rumput-rumput liar menghiasi sungai. 

Sementara sungai besar seperti sungai Batu Rusa, tak bisa dipastikan ada ikan atau hewan air atau tidak, tak begitu diharapkan. Karena aliran airnya kotor, karena penuh lumpur dan tak dapat melihat dasar sungai. Hanya menjadi tempat tambatan perahu-perahu kecil masyarakat. Perahu yang dipakai masyarkat untuk mencari udang, kepiting, dan ikan di laut.

Pengelolaan sungai menjadi harapan belum terlalu baik. Satu hal yang menyebabkan ini adalah budaya "tak kawa nyusah". Sebuah budaya yang tidak mau menyusahkan orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun