Pandemi Covid-19 belum usai. Menjaga kesehatan sambil mentaati protokol kesehatan menjadi suatu keharusan bagi kita semua, tentu tanpa kecuali. Jalan Raya menuju Koba, Kabupaten Bangka tengah, pagi itu cukup ramai kendaraan, walau hari itu Minggu 8 November 2020.Â
Bertepatan di rumah retret Puri Shadanna milik Keuskupan Pangkalpinang, para aktivis katolik Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) dan Koperasi Kredit (Kopdit) Pangkalpinang dan sekitarnya berkumpul, bersilaturahmi, temu kangen dengan tetap menjaga protokol kesehatan dari pukul 09.00 hingga pukul 16.00. Temu kangen itu dengan tema yang diusung secara khusus oleh Pangkalpinang Integral Pastoral Approach (PIPA) "Mewujudkan Tata Dunia Dengan Semangat Injil dan Komunio".Â
Para aktivis yang hadir 40 orang yang terdiri dari 8 Koperasi Primer. Para peserta didampingi oleh dua narasumber, Prof. Dr. Mgr. Adrianus Sunarko, ofm, Uskup Keuskupan Pangkalpinang dan RD. Andreas Naraama Lemoro, Ketua PSE Keuskupan Pangkalpinang. Mgr. Adrianus dalam presentasinya mengajak para aktivis untuk mewujudkan tata dunia dengan semangat Injil dan Komunio yang mendasar pada "spiritualitas Inkarnasi. Spiritualitas Inkarnasi adalah  spiritualitas kemuridan. Murid ingin meneladani sang Guru. Sang Guru yang adalah Putera Allah, Dia turun ke dalam dunia (inkarnasi)  dan hidup bersama manusia.Â
Kita murid yang mengikuti sang Guru, maka teladan seperti terlibat, turun menjumpai sesama, membangun sikap bela rasa, bela kasih, saling membantu bagi yang membutuhkan, berbagi satu sama lain dan cinta kasih adalah teladan yang harus diwujudkan dalam meresapi tata dunia sebagai seorang murid. Karena bagaimana pun, cara-cara demikian tadi merupakan cara kaum awam atau para aktivis mewujudkan nilai-nilai Injil.
Lebih lanjut, Bapa Uskup Pangkalpinang pun menegaskan bahwa "tugas meresapi, merasuki, dan penyempurnakan tata dunia, merupakan khas kaum awam" (AA No. 2 dan 5). Â Dalam meresapi, merasuki dan menyempurnakan tata dunia, para aktivis menjumpai semua orang dengan latar belakang suku, budaya, agama dan politik yang berbeda-beda. Disinilah kita perlu membangun sikap saling menghormati dan menghargai sesama semua sebagai saudara-saudari,seperti diungkapkan Sri Paus Fransiskus dalam dokumen Fratelli Tutti.
Sementara itu RD. Andreas mengundang para peserta untuk merefleksikan perjuangan para aktivis selama ini sebagai penggerak Koperasi dengan topik "Perahu Kosong" melalui settingan situasi sang Guru ketika berada di danau Galilea. Sang Guru mendekati murid-Nya dengan pendekatan 3M. 3M yang dimaksudkan ialah Melibatkan, Mengembangkan, dan Mencerdaskan. Siapa saja yang para aktivis jumpa mengajaknya untuk terlibat didalam koperasi. Setelah melibatkan, para aktivis perlu mengembangkannya. Bukan memperdayakan. Dan ketika sudah mengembangkan, jelaskan akan memajukannya untuk mencerdaskan banyak orang. Disinilah para aktivis harus memasukan 3M ini dalam 3 pilar Koperasi Kredit: pendidikan, swadaya dan solidaritas.Â
Silaturahmi menjadi lebih menghargai dan menghormati satu sama antar peserta ketika setiap peserta yang berasal dari Koperasi atau Credit Union diberi waktu untuk mensharingkan profil Koperasinya dan sharing pergulatan selama ini para aktivis membangun komunio didalam internal pengurus pengawas dan staff serta dengan anggota dan masyarakat luas.
Temu kangen diakhiri dengan idealisme pembentukan Forum Aktivis Katolik PSE dan Koperasi Bangka dan bersepakat untuk rutin berjumpa untuk saling berbagi sharing dan membangun spiritualitas Inkarnasi sebagai roh penggerak memajukan ekonomi kerakyatan. Salam Communio. ***Â