Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Omong Doank (2)

5 Juli 2020   13:23 Diperbarui: 5 Juli 2020   13:14 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri, Pancasila, Rumah Bersama (28/06/20)

Baru baru viral. Ketika di media sosial ada video Pak Joko Widodo beredar. Pasalnya isi video itu banyak nitizen bilang RI Nomor 1 lagi marah dalam rapat kabinetnya. 

Tergerak hati, saya pun mencoba mencari lalu menonton. Entah channel mana yang saya nonton, saya lupa. Fokus saya saat itu, mau nonton. Apa benar pak Joko Widodo benar marah? 

Saya nonton video dari channel itu sampai selesai. Dari nonton itu, saya memetik tiga kata kunci yang sering disebut dalam pembicaraan Pak Joko Widodo. 

Pertama, situasi saat ini extraordinary. Situasi boleh dibilang krisis. Situasi krisis maka kehidupan publik terganggu. Entah bidang apapun, mau pendidikan, tenaga kerja, pasar, ataupun bidang pelayanan publik lainnya. Situasi ini, harapan presiden, kabinetnya harus cepat tanggap dan memberi pelayanan maksimal. Tapi nyatanya, dilihat kurang.

Karena dipandang kurang, beliau memberikan stresing yang bagus. Lembaga apapun bisa dibubar, pergantian jabatan kabinet, dll. Saya berbicara hal ini masih wajar saja. Seorang pimpinan, bapak yang punya fokus kepada pelayanan masyarakat banyak, namun dirasanya kurang tanggap dari jawabannya.

Kedua, kegiatan terobosan yang fokusnya kepada masyarakat banyak. Tidak ada. Masih sebatas wajar wajar saja. Padahal situasinya extraordinary. Sampai disini, saya berpikir begini, apakah jawabannya tidak paham situasi extraordinary?

 Tidak mungkin. Ini hanya pikiran nakal saya saja. Bisa saja kurang ada kegiatan terobosan, karena lamban/tidak ada laporan dari daerah. Sehingga kegiatan terobosan kurang, apalagi launching ke publik soal jaga jarak dan PSBB jadi enggan untuk melakukan tetobosan. Dudukan lagi dengan macetnya transportasi, belum terbaik peluang manfaat digital.

Ketiga, biaya krisis extraordinary. Rupanya menteri keuangan sejak awal menyusun anggaran negara untuk situasi extraordinary, tapi nyatanya penyerapan biaya untuk kegiatan juga kurang. Rata rata biaya yang dianggarkan, tidak banya yang pakai melebihi target. Bagian ini pun timbul pertanyaan sederhana. Apakah mereka segan terhadap menteri keuangan, sehingga sampai sampai kurang melakukan terobosan kegiatan? Sekali lagi, mungkin pertanyaan ini pun tidak terlalu aktual.

Namun yang jelas dalam video itu, hemat saya biasa biasa saja. Pak Joko Widodo tidak marah. Tapi beliau hanya mau mengungkapkan perasaan hatinya soal fokus pelayanan atau arah kerja untuk seseorang pelayan aparatur negara. Bahwa extraordinary bagaimana pun, pelayanan publik tetap dijalankan sehingga masyarakat tetap nyaman dan damai dalam hidup. 

Hebatnya bahwa pak Joko Widodo sampai mengungkapkan mempertaruhkan hak politiknya. Itu artinya bahwa jika pelayanan kepada publik tidak dijalankan secara maksimal bahkan dengan kegiatan terobosan demi rakyat, bisa bisa beliau akan melakukan keputusan yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun