Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Berkebun, Kenal Diri Sendiri dan Orang Lain

10 Mei 2020   12:39 Diperbarui: 10 Mei 2020   12:40 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Terlepas dari kebun dan keluarga yang mengolah kebun tadi, saya sekurang-kurangnya menemukan tiga hal dasar tentang manusia. Pertama, bahwa manusia itu cepat dipercayai namun berliku-liku dalam membangun kepercayaan itu. 

Disinilah saya menemukan hal dasar dari manusia, yaitu bahwa hanya dengan tindakkan saya mengenal seseorang itu. 

Sementara secara esensial, saya tak sanggup menyelami kedalaman hati mereka itu. Mungkin boleh saya sebut, baik didepan tetapi buruk dibelakang. Sementara saya sendiri mungkin terlalu cepat memahami permintaan mereka. 

Kedua, bahwa manusia itu jika tanpa cinta, amburadul, kacau dan berantakkan. Cinta unsur dasar dalam hati manusia yang menyatukan keterpisahan, tidak dipahami dan dipasar dengan radikal. "The Art of Loving", salah satu buku Erich Fromm.

 Erich mengulas dalam bukunya itu bahwa cinta itu adalah seni. Karena cinta itu sebuah seni maka mau tidak mau, manusia yang memiliki cinta itu harus benar-benar memahaminya. Tanpa itu, cinta yang dimiliki seseorang menjadi tidak waras. 

Saya dengan tulus ikhlas (dibaca: cinta) memberi kebun itu untuk diolah oleh keluarga itu, namun rupanya cinta saya tidak dibalas dengan cinta. Buktinya, sampah-sampah plastik berserakkan, tanah menjadi tidak sehat akibat penumpukkan sampah plastik. 

Pohon-pohon coklat, mahoni dan sengon yang saya tanam, jadi tinggi namun tidak besar batam-barangnya. Karena air hujan yang turun bukan diserap oleh tanah malahan mengalir jauh dari pohon-pohon karena sampah menumpuk dibawah pohon-pohon itu. 

Cinta tidak kepada pemiliknya, tidak  cinta juga kepada tanaman serta juga kepada tanah.

Memang tidak gampang bahwa setiap orang memaknai hakikat cinta, tetapi sekurang-kurangnya tindakan itu harus mencerminkan jati diri, pemilik cinta itu. Ini pun nihil.

Jadi, ketakterdugaan keluarga itu datang ke kebun dan ketakterdugaan keluarga itu pergi dari kebun, adalah sebuah keniscayaan. Datang dan pergi, adalah sebuah ziarah. Ziarah yang tidak memaknai orang lain dan dunia sekitarnya. Hanya dapat memaknai diri sendiri adalah bentuk egoisme diri belaka. 

Ketiga, bahwa manusia memiliki kamuflase yang ditampilkan dengan harapan belaskasih. Ini menjadi pengalaman bagi saya dan mungkin manusia lain. Mungkin bersikap kritis dan hati-hati membuat keputusan menjadi hal pokok yang harus disadari. Karena melalui kesadaran diri itu, mengolah diri untuk membuat keputusan, akan menjadi efektif dan efisien. Manusia sungguh manusiawi jika kesadaran diri dan kesatuan dalam jiwa, adalah utuh, satu, dan bersamaan.

Akhirnya, manusia dalam hubungan dengan manusia lain memberi makna hidup tersendiri, yang juga tak dipisahkan juga dari tanah. **

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun