Mohon tunggu...
Alfonsius Febryan
Alfonsius Febryan Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi 'Fajar Timur'-Abepura, Papua

Iesus Khristos Theou Soter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rahmat dalam Pemikiran Skolastik

22 Februari 2020   11:48 Diperbarui: 22 Februari 2020   12:11 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Maka hendak dicatat bahwa rahmat mengangkat bukan semata-mata hanya berdasarkan pengalaman, melainkan karena rahmat dimasukkan ke dalam sebuah sistem, di mana tujuan eksistensi manusia dilihat sebagai sama sekali mengatasi kodrat manusia beserta kekuatan aktivitasnya yang sebanding sehingga diperlukan suatu kodrat baru yang mengangkat, yang sebanding ke arah tujuan adikodrati itu (Summa Teologi I-II, 109, 2; 1-II, 112, 1). 

Kedua, rahmat dalam Aquinas secara ontologis merupakan kebiasaan (habitus). Kata ''rahmat'' dalam tulisan-tulisannya hanya dipakai untuk ''rahmat habitual''. Itu berarti rahmat merupakan disposisi permanen yang berakar di dalam roha manusia, sehingga rahmat dibatasi pada kualitas jenis pertama (kebiasaan atau disposisi). 

Perbuatan Allah mencurahkan rahmat ke dalam jiwa merupakan suatu gerakan dan kekuatan, di mana sekalipun rahmat di satu segi merupakan kebiasaan yang mengangkat secara permanen, namun dilihat dari segi pencurahan ke dalam pribadi manusia, rahmat dipandang sebga suatu gerakan di dalam kepribadian itu. 

Ketiga rahmat diidentikkan dengan keberadaan di dalam roh suatu pribadi. Rahmat bukanlah substansi, sebab rahmat merupakan aksidens yang adanya adalah ada-di dalam-yang-lain. Secara teknis rahmat adalah kualitas yang memodifikasi roh manusa sebagai forma atau kebiasaan atau disposisi. 

Di sini kita mesti berhat-hati sekali agar jangan sampai rahmat diwujudkan sama seperti suatu wujud (being). Oleh karena rhamat itulah yang menjadikan manusia ada atau berada secara lain.

Keempat, rahmat bersifat adikodrati. Allah baru dimengerti sebagai adikodrati ketika Ia berhubungan dengan manusia. Maksudnya oleh karena persekutuan rohani dengan Allah mengatasi kodrat mansuia dan segala dinamismenya secara absolut. Lantas arti pertama adikodrati adalah sama sekali mengatasi yang manusiawi dan semua yang terbatas. 

Akan tetapi tujuan eksistensi manusiawi yang dikenal melalui wahyu adalah persekutiuan pribadi dengan Allah, yakni persekutuan rohani dalam pengetahuan dan cinta. Dan juga lantaran adanya jarak yang tidak terbatas antara tujuan dan kekuatan atau kodrat manusia, maka kodrat manusia perlu dilengkapi dengan kekuatan dan kemampuan untuk mendekatkan diri kepada tujuan yang sama sekali mengatasinya dan untuk itulah rahmat diberi sebagai jembatan menuju realitas transenden tersebut. 

Kelima rahmat sama sekali gratis, alasannya? bahwa tujuan kepadanya eksistensi manusia dipanggil sama sekali mengatasi kodratnya sendiri. Untuk itu perlu diperhatikan metafisika Aristotelian-Thomistik ini sebagai kesesuaian antara kodrat dan tujuan yang memiliki kualitas determinasi intrinsik dan dicirikan oleh keniscayaan.

Lebih dari itu seorang Aquinas yang sangat bercorak Yunani dalam mengandaikan Allah Pencipta yang tidak berubah serta terus menerus konsisten atas penyelenggaraan-Nya, maka pemikiran ini hendak mengakui bahwa eksistensi manusia diarahkan oleh kodratnya kepada persekutuan pribadi dan rohani dengan Allah sebagai tujuannya yang pants, kiranya menyiratkan atas keselamatan universal. 

Sehinnga dengan demikian panggilan kepada persekutuan dengan Allah dimengerti sama sekali adikodrati dan karenanya diberikan kepada orang-orang melalui kebebasan penuh oleh Allah sendiri. 

Dengan begitu rahmat adalah gratis bukan lagi dipahami berdasarkan pemahaman Agustinus, melainkan kareakter eksistensial dan kodrat manusia dipertahankan dalam Aquinas dalam konsep kodrat yang utuh dan yang rusak di mana dari itu semua kita membutuhkan rahmat untuk memenuhi seluruh kebaikan yang alamiah bagi kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun