Mohon tunggu...
alfiyah dhiya ulhaq
alfiyah dhiya ulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

ALFIYAH DHIYA ULHAQ_ 22107030098_ UIN SUNAN KALIJAGA

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Orang Tua Wajib Tahu, Inilah Dampak Psikologis Anak yang Dihasilkan Ketika Orangtua Bercerai

22 Mei 2023   08:43 Diperbarui: 22 Mei 2023   15:09 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: pinterest

Menurut Leslie (1967), reaksi anak pada perceraian orang tua akan sangat tergantung dari penilaian sebelumnya pada kehidupan pernikahan orang tua serta rasa aman saat berada di dalam lingkungan keluarga. Namun kadang kala, reaksi tersebut memunculkan lebih banyak sisi negatif dibandingkan positifnya. 

Apalagi jika memang kondisi keluarga sebelum perceraian memang terlihat  tidak -baik-baik saja, tentunya akan berdampak buruk bagi perkembangan psikologis anak. Apalagi kebutuhan kasih sayang dan kehangatan keluarga adalah hal yang terpenting untuk perkembangan anak, jika ini tidak di dapatkannya maka saat beranjak dewasa nantinya secara tidak langsung mempengaruhi kepribadian dan kehidupannya. Nah berikut ini menjelaskan beberapa dampak psikologis anak ketika orang tua bercerai. Yuk simakpenjelasan dibawah ini!!

 sumber gambar: pinterest
 sumber gambar: pinterest

Perceraian orang tua memberikan dampak psikologis kepada anak. Penelitian telah menemukan bahwa anak-anak berjuang paling keras selama satu atau dua tahun pertama setelah orang tua mereka berpisah. Mereka cenderung mengalami kebingungan, kehilangan, dan perasaan tidak aman akibat perubahan mendadak dalam situasi kehidupan keluarga mereka. Sebagian anak tidak pernah benar-benar kembali ke normal. Persentase kecil anak-anak ini mengalami masalah yang berkelanjutan, bahkan bisa saja seumur hidup setelah perceraian orang tua mereka, meski banyak anak-anak yang bisa bangkit kembali. 

Nah, anak-anak seperti inilah sudah terbiasa dengan perubahan dalam rutinitas harian dan merasa nyaman dengan pengaturan hidup mereka sendiri. Seringkali orang menganggap jika pengaturan pertemuan antara ayah dan ibu dilakukan secara baik dan berkala,maka anak akan berpikiran bahwa kedua orang tua mereka bakal rujuk dan kembali seperti semula lagi. Padahal, sebenarnya ketika perceraian orang tua dan ketika mereka di pertemukan hasilnya tetap tidak bisa kembali utuh lagi dan akan  berdampak besar pada anak.  

Psikolog menganalisis anak-anak sekolah dasar merasa khawatir bahwa perceraian adalah kesalahan mereka. Mereka mungkin takut melakukan kesalahan atau menganggap mereka melakukan sesuatu yang salah. Sedangkan pada remaja, menjadikan sangat marah tentang perceraian dan perubahan yang ditimbulkannya. Mereka menyalahkan satu orang tua untuk perpisahan atau membenci satu atau kedua orang tua untuk pergolakan dalam keluarganya. Dalam keadaan ekstrem, seorang anak mungkin merasa lega dengan perpisahan karena perceraian berarti lebih sedikit pertengkaran yang di dengar oleh anak selama ini dan anak merasa  lebih sedikit stres .

Tetapi dampak  perceraian membuat anak kehilangan kontak sehari-hari dengan satu orang tua dan paling sering ayah. Kontak yang menurun mempengaruhi ikatan orang tua terhadap anak. dan menurut sebuah makalah yang diterbitkan pada tahun 2014, para peneliti telah menemukan banyak anak merasa kurang dekat dengan ayah mereka setelah perceraian. Perceraian juga memengaruhi hubungan anak dengan orang tua asuh, paling sering ibu. Pengasuh primer sering melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi terkait dengan pengasuhan tunggal. 

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2013 menyarankan bahwa ibu sering kurang mendukung dan kurang penuh kasih sayang setelah perceraian. Selain itu, disiplin mereka menjadi kurang konsisten dan kurang efektif. Selain itu, anak-anak yang mengalami perceraian orang tua mereka juga berisiko mengalami lebih banyak masalah eksternalisasi, seperti gangguan perilaku, kenakalan, dan perilaku impulsif daripada anak-anak dari keluarga dua orang tua. Selain masalah perilaku yang meningkat, anak-anak juga mengalami lebih banyak konflik dengan teman sebaya setelah perceraian. 

Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola emosi , mengatur stres, dan membangun kepercayaan pada hubungan baru. Lalu kita sebagai orang tua juga harus dapat menjelaskan situasi dan kondisi kepada anak secara perlahan agar anak juga bisa mengerti dan tidak salah faham . Berikan pengertian kepada mereka bahwa anda dan pasangan akan tetap menyayangi anak, walaupun dengan caranya masing-masing. Jangan memprovokasi anak untuk membenci pasangan Anda. Usahakan untuk selalu pelan-pelan dalam bertindak, jangan langsung berpisah secara tiba-tiba. Agar anak bisa memulai gaya hidup baru dan  tidak  memengaruhi kondisi mentalnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun