Mohon tunggu...
Alfira Fia Ramadhan
Alfira Fia Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sosiologi Universitas Negeri Jakarta 2018

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Virtual Concert: Cara Baru Menikmati Musik di Era Sulit

4 Juli 2021   15:17 Diperbarui: 4 Juli 2021   15:26 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

           Pada tahun 2019, dunia dilanda  wabah virus corona yang menyebabkan segala kegiatan masyarakat dunia menjadi terhalang dan terhenti dikarenakan harus social distancing dan juga physical distancing. Pandemi COVID - 19 di Indonesia diawali dengan temuan penderita penyakit COVID - 19 pada 02 Maret 2020. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan status darurat bencana yang terhitung mulai tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020 terkait pandemi COVID - 19, dengan jumlah waktu 91 hari (Koeswardhani, 2020). Namun, nyatanya COVID - 19 hingga kini 2021 masih hidup berdampingan dengan masyarakat Indonesia. Karena hal tersebut,  maka segala aspek harus terhenti, termasuk industri musik sebagai industri dengan banyak penikmatnya.

            Pandemi COVID - 19 memukul aktivitas ekonomi akibat kebijakan penerapan karantina wilayah dan social distancing atau physical distancing. Pekerja industri musik terpaksa menerima kerugian karena penundaan atau bahkan pembatalan jadwal pertunjukan. Seperti yang kita tau, acara musik, konser, atau pentas seni sedari dulu menjadi salah satu hiburan yang di gemari berbagai kalangan, salah satunya adalah anak muda. Acara ini biasanya di gelar saat weekend dengan tujuan menyesuaikan waktu senggang orang - orang. Acara ini sudah menjadi trend yang melekat di negara Indonesia. Tidak sedikit acara musik dalam maupun luar negeri yang terdampak pandemi COVID - 19, salah satunya adalah Raisa Live in Concert 2020 terpaksa harus dibatalkan karena jumlah pasien COVID - 19 yang semakin tinggi. Konser tunggal Raisa Andriana yang akan digelar di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, pada 27 Juni 2020 resmi ditunda hingga 20 November 2020. Namun ternyata tingginya pasien COVID - 19 ini yang akhirnya membuat konser ini resmi dibatalkan dan mereka melakukan refund 100% kepada 10.000 tiket yang sudah terjual.
            Dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang media, segala halangan tersebut tetap dapat berlangsung secara normal namun dalam bentuk virtual. Termasuk hiburan musik atau konser. Fenomena ini tergolong dalam Pop Culture, karena semakin kesini keadaan yang memaksa Virtual Concert ini menjadi semakin ramai diadakan. Kata populer sering disingkat pop, mengandung arti dikenal dan disukai orang banyak (umum) sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya, mudah dipahami orang banyak, disukai dan dikagumi orang banyak (KBBI:1989). Menurut Raymond William dalam Storey (2004), istilah populer ini memiliki empat makna yaitu banyak disukai orang, identik dengan budaya masyarakat kelas pekerja atau kelas bawah, karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang banyak, dan budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri. Jadi dapat dikatakan Pop Culture adalah budaya yang hanya disukai oleh banyak orang, budaya yang berada diluar high culture, bisa dikatakan budaya massa, serta budaya yang bersumber dari masyarakat. Pop Culture sebagai budaya yang berasal dari rakyat, merupakan konsep yang romantic dari budaya kelas pekerja yang ditafsirkan sebagai sumber utama protes simbolik dalam kapitalisme kontemporer. (Bennet, 1980:27)

            Di Indonesia tentunya Virtual Concert ini telah diterapkan. Pada 31 Oktober 2020 dan 01 November 2020. Festival musik Prambanan Jazz dilakukan dengan virtual di kawasan Candi Prambanan, Yogyakarta. Penonton menyaksikan lewat layanan streaming. Para musisi yang tampil tetap tampil di kawasan Candi Prambanan secara langsung, tanpa ada penonton. Selanjutnya, pada 09 Januari 2021 Band NOAH menggelar Virtual Concert 'Temukan #BEYONDmo' menggunakan teknologi Unreal Engine (UE) virtual production disaksikan di platform Vidio.com. Selanjutnya pada 30 Mei 2021, Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) bersama DSS Music dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menggelar konser virtual bertajuk Konser 7 Ruang 'Chrisye untuk Kemanusiaan'. Pertunjukan virtual dari studio DSS Music Jakarta itu diadakan dalam rangka menggalang dana kemanusiaan untuk digunakan ILUNI UI Peduli membantu korban bencana. Dan masih banyak lagi pengadaan Virtual Concert di Indonesia selama pandemi COVID - 19.

            Bisa kita lihat bahwa Virtual Concert telah menjadi acara hiburan yang di nikmati khalayak banyak selama masa pandemi COVID - 19. Tetap dengan mengusung konsep menjaga social distancing dan physical distancing, kita tetap dapat melihat musisi yang kita idolakan dan tetap dapat mendengarkan musik yang ditampilkan walaupun dilakukan secara daring atau virtual. Vitual Concert yang menjadi fenomena Pop Culture ini mungkin tidak akan selamanya dapat disebut Pop Culture karena tentu pandemi ini akan segera berakhir dan dapat melakukan kegiatan dengan normal seperti sebelum kondisi yang serba virtual ini. Bisa disimpulkan bahwa jika masa pandemi ini sudah berakhir maka berakhir juga Virtual Concert ini, dan kembali ke konser live. Walaupun mungkin akan ada yang tetap mengadakan secara virtual, tetapi semakin surutnya pasar maka akan berakhir juga Pop Culture ini. Contohnya seperti konser live yang dilakukan di Palau Sant Jordi di Barcelona, Spanyol pada 27 Maret 2021. Konser live dilakukan tanpa adanya social distancing dan physical distancing, namun tetap menggunakan masker dan dengan syarat pemberian hasil swab test setiap penonton. Konser itu dihadiri 5.000 penonton. Selanjutnya seperti konser live yang dilakukan Selandia baru pada 25 Mei 2021, konser tersebut dilakukan tanpa adanya social distancing dan physical distancing, penggunaan masker maupun hasil swab test. Lebih dari 50.000 orang menghadiri konser tersebut di stadion olahraga terbesar di Selandia baru. Konser ini sebagai demonstrasi keberhasilan Selandia Baru dalam mengendalikan virus Corona melalui penutupan perbatasan internasional dan pengujian yang ketat serta pelacakan kontak.

            Dengan hal ini, Virtual Concert sebagai Pop Culture selama masa pandemi bisa hilang kapan saja. Tergantung kapan pandemi ini akan berakhir. Tentunya pandemi COVID - 19 menimbulkan dampak yang kurang baik untuk keberlangsungan kebudayaan musik baik dalam maupun luar negeri. Kebijakan social distancing atau physical distancing juga merubah budaya pertunjukan konser live menjadi budaya pertunjukan konser virtual atau Virtual Concert, yang pada akhirnya menimbulkan jarak antara pelaku musik atau para musisi dengan para penggemarnya. Tentunya harapan kita bisa mengakhiri pandemi ini dan bisa melakukan kegiatan normal seperti sebelum masa pandemi. Sehingga para pekerja di industri musik seperti para musisi ataupun penyelenggara event bisa kembali ke pekerjaannya dan kita dapat menikmati kembali suasana live concert sebagaimana mestinya. Tentunya dengan sekarang kita tetap menjaga prokes yang ada, dan sementara hanya menikmati Virtual Concert yang ada.

Daftar Pustaka

Koesmawardhani, N. W. (2020, Maret 17). Pemerintah Tetapkan Masa Darurat Bencana Corona hingga 29 Mei 2020. Detik News. Diunduh dari https://news.detik.com/berita/d-4942327/pemerintah-tetapkan-masa-daruratbencana-corona-hingga-29-mei-2020

Septiyan, Dadang Dwi. (2020). PERUBAHAN BUDAYA MUSIK DI TENGAH PANDEMI COVID-19. Jurnal Pertunjukan dan Pendidikan Musik, Vol.2(1), Hlm.36.

Alaydrus, Hadijah. (2021, April 25). Bebas Covid-19, Selandia Bikin Konser Live Dihadiri 50.000 orang tanpa masker. Bisnis.com. Diunduh dari https://kabar24.bisnis.com/read/20210425/19/1385866/bebas-covid-19-selandia-bikin-konser-live-dihadiri-50000-orang-tanpa-masker

Meiliani, Melly. (2021, Maret 28). Foto: Konser Musik Live Pertama di Spanyol, di Tengah Pandemi Corona.Kumparan.com. Diunduh dari https://kumparan.com/kumparannews/foto-konser-musik-live-pertama-di-spanyol-di-tengah-pandemi-corona-1vRPtb23CUS/full

Strinati, Dominic. 2007. Popular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Yogyakarta: Bentang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun