Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Alasan Menabung Secukupnya dan Jangan Lupa Menikmati Hasil Kerja

16 Agustus 2021   01:48 Diperbarui: 22 Agustus 2021   01:51 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menabung. (sumber: SHUTTERSTOCK/LOVEYDAY12 via kompas.com)

Membangun sebuah rumah layak huni, menjadi cita-cita di masa lalu. Tabungan pun sudah hampir menyentuh angka tiga digit, dan rencana tidak lama lagi akan mewujudkan keinginan tersebut.

Menabung dengan sangat extream saya lakukan di waktu itu. Setiap penghasilan bulanan 80% langsung masuk ke tabungan. Tidak pernah liburan, tidak pernah belanja baju, tidak pernah beli cemilan, dan tidak pernah yang lain-lain.

Penghasilan bulanan hanya dikurangi untuk memberikan orangtua saja, selebihnya untuk pengeluaran apa pun sangat saya tekan. Walau saya sendiri pun tersiksa atau tidak dapat menikmati profit tersebut di tiap bulannya, dengan alasan hanya ingin menabung.

Terbukti dengan cara seperti itu, memang nominal tabungan saya cepat bertambah. Sehingga setelah sekian lama atau beberapa tahun tersebut, segera dalam waktu dekat akan membangun rumah layak huni yang didambakan di awal artikel.

Namun, Tuhan berkehendak lain. Januari, tahun 2013 lalu, ayah saya kecelakaan motor, dan mengakibatkan beliau gegar otak. Beliau pun dirujuk ke dua rumah sakit besar di Pasuruan, tetapi tidak mampu mengatasi.

Alhasil, di rujuk terakhir ke salah satu rumah sakit besar di Malang. Di sana beliau menjalani operasi, dan setelah itu opname sekitar 15 hari atau dua minggu.

Yang jelas, saat itu juga belum ada atau tidak punya BPJS Kesehatan sejenisnya. Sehingga keseluruhan biaya operasi, hingga biaya opname ditanggung pribadi atau keluarga.

Lantas, karena kebutuhan, sehingga uang tabungan saya itu pun terpakai untuk biaya rumah sakit. Biayanya pun sangat mahal dan tidak terasa tabungan saya pun terkuras habis karena bencana tersebut.

Saya pun bukan anak tunggal, tetapi juga punya satu saudara. Tetapi saya tahu kondisi saudara saya, yang dalam segi keuangan lebih baik saya. Sehingga saya tidak merasa iri pada saudara, meskipun untuk keseluruhan pembayaran rumah sakit untuk ayah, yang menanggung adalah saya.

Namun, setelah tabungan saya terkuras habis karena bencana tersebut, saya pun tercengang. Bertahun-tahun saya sangat menekan pengeluaran; seperti tidak pernah liburan, tidak pernah belanja baju, tidak pernah beli cemilan, dan tidak pernah yang lain-lain. Tapi dengan hanya sekejap, semua tabungan saya sirna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun