Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisahku: Gadis Desa Putus Sekolah, Dinikahkan Dini, tapi Bisa Sukses

21 April 2021   03:04 Diperbarui: 21 April 2021   08:56 2206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wisuda from Freepik

Pelan tapi pasti, saya pun berkembang dan mampu menjadi salah satu karyawan yang berpengaruh di perusahaan tersebut.

Note: Jika kompasianer penasaran siapa atau apa job desc saya di perusahaan, bisa dilihat pada profil atau akun Kompasiana saya.

Filosofi Sukses

Filosofi sukses setiap orang berbeda, dan bagi saya sukses itu adalah ketika saya mampu menaklukkan rasa takut dalam diri. Setiap manusia pastinya mempunyai rasa takut, tapi jika kita mampu menaklukkan rasa takut tersebut menjadi suatu keberanian, itulah yang mampu mengantarkan kita pada tujuan. Bagaimanapun perjuangan itu membutuhkan keberanian, karena dalam proses sangat penuh dengan tantangan dan kegagalan. 

Memang kesuksesan tidak selalu dinilai dengan selembar kertas (ijazah) atau gelar seseorang, tetapi setidaknya filosofi usia pun berjalan. Kita manusia hanya hidup satu kali, dan apakah benar kita akan menyia-nyiakan masa muda kita dengan tidak mengenyam pendidikan sesuai bakat dan kemampuan?

Realitanya yang terjadi dalam dunia pendidikan di campus, banyak orang-orang usia dewasa bahkan menuju lanjut usia baru memulai untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi untuk kenaikan atau perkembangan karier. Dalam hal ini saya menyimpulkan bahwa itu terlambat, karena seharusnya kita mempersiapkan akademis pendidikan sekarang, sebelum hal tersebut dibutuhkan di masa depan.

Sebagus apa pun kinerja kita di perusahaan, akan sulit untuk kenaikan jabatan jika tidak didukung dengan riwayat pendidikan yang sesuai. Tetapi jika kinerja kita di perusahaan sangat bagus hingga ada posisi/jabatan tertentu yang dibutuhkan, atasan pun tidak segan untuk mengangkat kita ke posisi yang lebih baik dari sebelumnya, apalagi didukung oleh riwayat pendidikan tinggi, sehingga kompasianer akan dinilai pantas untuk mendapatkannya.

Namun bagaimana ketika seseorang tersebut terjebak dalam keluarga yang masih belum bisa menyekolahkan kompasianer sampai perguruan tinggi?

Tidak perlu memberontak, apalagi membenci orang tuamu sendiri. Tetap lah menjadi anak yang berbakti pada orang tua, turunkan ego, dan mari berjuang sendiri.

Jika dari pihak keluarga belum bisa (bukan tidak bisa) mendukung atau memberikan fasilitas pendidikan sesuai keinginanmu, kompasianer bisa berjuang sendiri. Dan yang perlu dilakukan selain berjuang adalah mohon doa restu kedua orang tua.

Lihatlah saya. Seperti kisah saya di atas, saya pun juga tidak mendapatkan fasilitas pendidikan hingga perguruan tinggi dari keluarga karena banyak pertimbangan seperti yang sudah disebutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun