INDIGO (part 2)

Aku pulang ke rumah setelah beberapa tahun kerja di luar pulau. Walau hasilnya lumayan, tapi aku tidak ingin balik lagi. Udah cukup merantaunya, sekarang pengen dekat kembali bareng keluarga.

Sisi lain usiaku juga sudah makin bertambah, sepertinya aku sudah harus fokus pada asmaraku juga karena pacarku berjanji akan menikahiku pada tahun ini. Kebetulan pacarku yang sudah lama LDR ini masih satu pulau denganku meski masih beda kota juga, tapi setidaknya lebih dekat dari pada beda pulau seperti hari kemarin.

Orang tua dan sepupu dekat menjemputku di bandara. Perjalanan dari bandara sampai ke rumah juga berjam-jam. Sehingga sesampainya di rumah pada sore itu, aku pun langsung istirahat/tidur.

Sekitar jam 9 malam, aku pun kaget atau terbangunkan dari tidurku karena ada yang menggedor-gedor jendela kamarku. Aku kira itu ibu atau saudara yang mencoba membangunkan tidurku. Aku pun bangun dan mandi. Sekitar jam 10 malam perutku keroncongan karena belum sempat makan sedari pagi tadi. Aku pun WA (whatsapp) sepupuku, minta antar agar dia bisa temani beli nasi goreng. Posisinya aku sudah bertahun-tahun tidak ada di rumah karena kerja di luar pulau. Sehingga aku tidak hafal jalan dan minta antar sepupuku.

Nasi goreng pun udah aku makan dengan sepupu di tempat makan tadi. Sekitar jam 11 malam, aku sudah di rumah lagi. Sepupuku tadi juga pamit pulang, dan akhirnya aku sendirian di rumah. Aku yang masih hari pertama di kampung halaman setelah lama kerja di luar pulau, masih ingin menikmati angin malam di teras rumahku. Angin sepoi-sepoi sambil aku bernostalgia banyak hal di kampung halaman ini.

Angin malam itu memang dingin, tapi aku mulai merasa anginnya mulai aneh. Silir anginnya bukan membuat dingin, tapi membuat bulu kudukku mulai berdiri hingga aku pun tidak sadar bahwa aku juga mulai mengeluarkan keringat. Aku melihat ke satu sisi di teras rumah ada pohon mangga. Pohon itu bergerak-gerak sendiri tanpa ada angin. Aku yang penasaran mulai mendekatinya dan melihat apa ada sesuatu di pohon tersebut. Ternyata memang benar, ada seorang nenek-nenek di atas pohon itu yang entah aku tidak ingin melihatnya lebih jauh. Yang penting aku sudah tidak penasaran lagi, dan akhirnya aku masuk kamar.

Saat rebahan di kamar, aku pun mulai teringat, siapa yang bangunkan aku lewat jendela kamar tadi? Posisinya aku di rumah ini sendirian dan tidak ada saudara juga orang tua. Kalaupun saat di tempat kos kemarin masih banyak teman-teman yang jahil. Namun sekarang di rumah ini aku sendirian. Semua saudaraku kerja di luar pulau, orang tua pun broken home. Dan ini rumah peninggalan hanya aku tempati sendirian.  Saat aku memikirkan hal ini, jendela kamarku digedor-gedor lagi dengan keras.  Aku pun terkaget kembali. Aku keluar rumah dan melihat di luar jendela kamarku, ternyata tidak ada siapa-siapa disitu. Pada akhirnya aku mulai menyadari bahwa ini kerjaannya mereka-mereka lagi yang mungkin memperkenalkan diri padaku. Entah mungkin mereka masih asing denganku, sehingga mereka merasa risih dengan kehadiranku.

Aku balik kamar dan mencoba memejamkan mata. Namun jendela kamarku terus digedor-gedor hingga akhirnya aku tidak bisa tidur semalaman. Aku pun sempat pindah ke kamar lainnya. Nah kali ini kamarnya gak ada jendelanya, sehingga mereka gak bakal gedor-gedor lagi dalam fikiranku. Namun ternyata sebaliknya, mereka masih mengganguku dengan menggedor yang lain. Di kamar yang ini yang digedor adalah pintu kamar. Aku yang mulai putus asa gak bisa tidur, akhirnya memutuskan untuk begadang atau tidak tidur untuk malam ini. Dan aku pun mendengarkan musik dengan headset plus sambil main game di Hp ku.

Saat aku main game sambil dengerin musik lewat headset, gak terasa ternyata aku pun ketiduran. Hingga sekitar jam 7 pagi, aku terbangun dan melihat posisi Hp ku sudah lowbat. 

Bersambung...

Regards, @Alfira_2808