Filsafat Pendidikan Idealisme
Idealisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa realita atau kenyataan yang ada dalam kehidupan ini bukanlah kebenaran yang bersifat hakiki, melainkan hanyalah gambaran dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia dan spirit manusia.
Orientasi dari idealisme ini adalah kepada ide-ide, jiwa, spirit, dan kepada hal-hal yang bersifat spiritual, kepada norma-norma yang mengandung kebenaran yang mutlak. Intinya bukan kepada hal-hal nyata yang berupa material.
Awal mula pemikiran idealism ini adalah atas dasar tafsiran-tafsiran metafisika yang dilakukan oleh para filosof, tepatnya pada masanya plato. Plato inilah yang menjadi pencetus dari pemikiran idealisme ini. Pada saat itu, tafsiran-tafsirannya menganggap bahwa dalam kehidupan ini terdapat ujud-ujud yang bersifat ghoib (metafisika) dan kedudukan dari ujud-ujud ini kedudukannya jauh lebih tinggi dari segala sesuatu yang nyata (material).
Atas dasar tafsiran di atas muncullah pemikiran idealisme. Tapi, tafsiran-tafsiran atau pemikiran sejenis ini masih belum dikatakan sebagai pemikiran idealisme. Baru dikatakan sebagai pemikiran idealisme tepatnya pada abad 18, pada masanya Leibnez. Leibnez menyebutnya sebagai pemikiran idealisme karena kebetulan pemikiran-pemikiran tersebut merupakan lawan atau bertolak belakang dengan pemikiran Materialisme.
Kembali pada definisi idealisme, idealisme merupakan aliran filsafat yang sangat kental dengan hal-hal yang bersifat metafisik. Idealisme memandang bahwa realitas yang sesungguhnya dalam kehidupan ini adalah ide-ide, akal, pikiran, intinya bukan benda atau material. Karena benda atay material hakikatnya berasal dari ide-ide.
Adapun konsep dari filsafat idealisme ini ada empat macam. Yaitu;
1. Metafisika-Idealisme: secara absolut realita yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah. Sedangkan secara kritis realita yang sebenarnya adalah fisik dan rohaniayah. Tapi kenyataannya rohaniyahlah yang sering berperan.
2. Humonologi-Idealisme: setiap jiwa diberi kemampuan berpikir, sehingga kemampuan tersebut dapat digunakan untuk memilih,
3. Epistimologi-Idealisme: menganggap bahwa pengetahuan yang benar hanya bisa diperoleh melalui intuisi dan pengingat kembali melalui berpikir. Bisa saja kebenaran hanya diperoleh oleh orang-orang yang memiliki kecerdasan berpikir yang sangat cemerlang.
4. Aksiologi-Idealisme: menganggap bahwa kehidupan ini diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan bedasarkan pendapat tentang kenyataan dan metafisika.