Mohon tunggu...
Alfin Febrian Basundoro
Alfin Febrian Basundoro Mohon Tunggu... Freelancer - Menuliskan isi pikiran, bukan isi hati

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UGM 2018, tertarik pada isu-isu politik dan keamanan internasional, kedirgantaraan, militer, dan eksplorasi luar angkasa.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sorkhabi Derby, Pertemuan Legendaris Dua Klub Kebanggaan Teheran

4 Juli 2019   14:26 Diperbarui: 4 Juli 2019   14:39 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lupakan dahulu sanksi ekonomi-politik yang mendera Iran sejak beberapa tahun terakhir hingga kini. Lupakan pula ancaman perang antara Iran dan Amerika Serikat yang memanas dalam tiga bulan terakhir. Meskipun kontroversial dalam kancah politik internasional dan kerap kali dianggap banyak pihak sebagai negara yang mengancam kestabilan kawasan, Iran memiliki budaya sepak bola yang mengakar kuat. Tim nasional negara tersebut pernah lima kali melaju ke Piala Dunia dan tiga kali menjadi juara Asia. Iran memiliki segudang pemain hebat, banyak di antaranya berasal dari kompetisi domestik. 

Tak heran, sebab liga sepak bola Iran merupakan salah satu liga terbaik di Asia sejajar dengan Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok. Di dalamnya terjadi beberapa rivalitas antarklub yang justru lebih legendaris dan lebih tua daripada dalam liga tiga negara tersebut, salah satunya adalah Sorkhabi Derby atau Tehran Derby yang kerap disebut-sebut sebagai rivalitas paling legendaris seantero Asia.

Sorkhabi Derby mempertemukan dua klub kebanggaan kota Teheran, Esteghlal dan Persepolis. Kedua klub ini merupakan langganan juara Persian Gulf Pro League, kasta tertinggi liga sepak bola Iran, atau dahulu bernama Iran Pro League. Persepolis pernah 12 kali mengangkat trofi, menjadikannya klub dengan perolehan juara terbanyak, sementara Esteghlal berada di posisi kedua terbanyak, dengan delapan kali menjadi juara. 

Laiknya AC Milan dan Internazionale, kedua klub menempati kandang yang sama, Stadion Azadi, yang merupakan stadion terbesar di Iran dengan kapasitas lebih dari 78.000 kursi. Besarnya kapasitas stadion turut menjadikan rivalitas ini semakin populer di kalangan masyarakat Iran. Derby  ini dinamai Sorkhabi, yang berarti merah dan biru, warna kostum kandang kedua klub. Bahkan saking populernya, pertemuan antara Persepolis dan Esteghlal ditonton lebih banyak orang daripada final Liga Champions AFC yang seharusnya menyedot lebih banyak penonton.

Rivalitas kedua klub sudah berlangsung lebih dari 50 tahun. Pertemuan pertama keduanya terjadi pada April 1958 dalam sebuah pertandingan persahabatan. Kala itu kedua klub belum berada pada kompetisi yang sama. Baru pada 1970, kedua klub bertemu dalam kasta tertinggi sepak bola Iran, Iran Pro League. Pada awalnya, Esteghlal bernama Taj FC. Klub tersebut berganti nama menjadi Esteghlal pada 1971. Pada dasawarsa 1970-1980an, Esteghlal identik sebagai klub kalangan atas. Hal ini disebabkan banyaknya pebisnis, bangsawan, dan kalangan konglomerat yang mendukung klub ini. 

Sementara itu, Persepolis didukung oleh kalangan kelas pekerja, sehingga memiliki lebih banyak suporter dengan basis yang lebih kuat daripada Esteghlal. Pertemuan kedua klub kerap berlangsung panas, meskipun pada periode awal, Persepolis mendominasi pertandingan. Seringkali terjadi kerusuhan yang melibatkan suporter kedua klub. Penyebabnya bervariasi, namun sebagian besar akibat provokasi suporter salah satu klub hingga aksi protes terhadap kinerja wasit. Karena panasnya atmosfer pertandingan dan kecurigaan akan terjadinya bias yang dilakukan wasit domestik, sejak 1995 Sorkhabi Derby selalu menggunakan wasit asing.

wikimedia.org
wikimedia.org
Sorkhabi Derby juga berlangsung di ajang piala domestik: Hazfi Cup, Takht Jamshid Cup, dan Piala Super Iran. Terlihat dari perolehan trofi kedua klub yang tidak jauh berbeda, kedua klub mempertontonkan rivalitas yang sangat kompetitif. Keduanya selalu bernafsu meraih juara dan menampilkan permainan yang "ngotot" dan hampir sama kuat. Majalah sepak bola kondang FIFA Magazine menyatakan bahwa meskipun pada awalnya Persepolis mendominasi pertandingan dengan kemenangan yang cukup besar atas Esteghlal, pada dasawarsa terakhir pertemuan kedua klub tidak pernah berselisih lebih dari dua gol. 

Persepolis dan Esteghlal total sudah melakoni 90 pertandingan, dengan 36 pertemuan di antaranya terjadi di Liga Iran (Persian Gulf Pro League). Dari 90 pertemuan, Esteghlal mendominasi dengan membukukan 26 kemenangan. Persepolis berhasil mengalahkan Esteghlal sebanyak 23 kali, sementara 41 pertandingan berakhir seri. Meskipun mencatat kemenangan lebih banyak, Esteghlal kalah jumlah gol dari Persepolis, dengan 83 gol dibandingkan lawannya yang berhasil mencetak 86 gol.

Tak hanya menjadi ajang pertaruhan harga diri sebagai klub terbaik di Teheran, Sorkhaby Derby juga menjadi saksi kelahiran dan panggung para bintang sepak bola Iran dan negara Timur Tengah lain, sebut saja Savar Iranpak, Karim Bagheri, Javad Nekounam, hingga Ali Daei, pencetak gol terbanyak timnas Iran sekaligus pencetak gol internasional terbanyak di dunia (109 gol). Nama-nama tersebut pernah memperkuat Persepolis dan Esteghlal di masa lampau. 

Kini, mereka sudah menjadi legenda sepak bola Iran dengan sederet gelar, baik domestik, regional, maupun kontinental. Savar Iranpak misalnya, menjadi andalan Iran ketika merengkuh gelar Piala Asia 1974. Karim Bagheri dan Ali Daei pernah berturut-turut meraih medali emas Asian Games pada 1998 dan 2002. Nama-nama baru, seperti Pejman Montazeri dan Karim Ansarifard juga meramaikan Sorkhabi Derby.

Lahirnya para pemain bintang Iran didukung oleh atmosfer persaingan kedua klub yang sangat kompetitif. Para pemain muda juga diasah untuk selalu menampilkan kemampuan terbaik mereka kala bertemu dengan klub lawan. Imbasnya, liga sepak bola Iran juga menjadi semakin kompetitif bahkan menjadi salah satu liga sepak bola terbaik di Asia. Selain Sorkhaby Derby, dalam Persian Gulf Pro League juga terjadi rivalitas klub sekota lain, seperti Isfahan Derby (antara Sepahan melawan Zob Ahan), Mashhad Derby, dan Tabriz Derby. Rivalitas inilah yang menjadi warna bagi sepak bola Iran sekaligus meningkatkan kualitas kompetisi sepak bola di negara tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun