Mohon tunggu...
Alfina Asha
Alfina Asha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tulisan random.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Perjalanan Panjang Bersama "The Three Musketeers"

3 Maret 2021   08:50 Diperbarui: 3 Maret 2021   09:14 5155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku The Three Musketeers oleh Alexandre Dumas (dokpri)

Sesuai judul yang telah saya tulis di atas, saya ingin menceritakan perjalanan panjang bersama buku ini. Namanya juga perjalanan panjang, jadi mungkin tulisan ini juga bakalan cukup panjang. Hehehe

Terhitung bulan Desember 2019 saya beli buku The Three Musketeers di acara BBW (Big Bad Wolf) yang diselenggarakan di Makassar. Saya pertama kali tahu tentang Three Musketeers saat menonton film Slumdog Millionaire. Ada yang pernah nonton? Filmnya bercerita tentang tokoh yang bernama Jamal Malik yang mengikuti program acara televisi Who Wants to be a Millionaire, dan salah satu pertanyaannya terkait tokoh dalam buku ini. Tidak perlu saya ceritakan panjang lebar filmnya di sini. Bagi kalian yang belum nonton, saya sarankan untuk segera nonton film ini. Filmnya bagus sekali!

Singkat cerita, saya cukup kaget sekaligus excited saat melihat buku ini berjejer bersama ribuan buku lainnya. Saya lihat sebentar, rupanya buku ini lumayan tebal. Setelah menimbang-nimbang dan menyesuaikan budget akhirnya saya memutuskan untuk membeli bukunya. The Three Musketeers berhasil masuk ke dalam kantong belanjaan saya hari itu bersama enam buku lainnya. Jadi hari itu total saya membeli tujuh buku sekaligus! Astaghfirullah, khilaf :")

The Three Musketeers berada di antrian belakang pada daftar buku yang akan saya baca. Saya selalu berdalih bahwa buku ini paling tebal di antara buku lainnya (jumlahnya 891 halaman) jadi bacanya belakangan saja pas libur panjang. Kalau dibaca pas hari kuliah takut keterusan dan tugas-tugas jadi terbengkalai #hiyaaa

Hari terus berganti (kayak lagunya Sheila On 7), tapi buku ini belum tersentuh sama sekali. Dua kali libur semester, selama itu pula buku ini tidak pernah saya buka. Sampai akhirnya tahun 2020 hampir berakhir (yang artinya buku ini sudah berumur satu tahun di rumah saya) dan buku ini masih juga belum saya baca. Saya sampai merasa bersalah sama uang yang raib ditelan laci meja kasir. Kalau dibelikan nasi padang mungkin bisa makan sampai enam kali.

Baiklah, tak perlu disesali. The Three Musketeers akhirnya masuk dalam resolusi tahun baru 2021, saya harus baca bukunya. Sampai tamat. Batin saya sudah berteriak-teriak, jangan jadi tsundoku dooong! 

Tidak sia-sia batin berteriak, karena akhirnya saya benar-benar membacanya. Hahaha, syukurlah. Hari libur saya menjadi sedikit lebih produktif dari yang biasanya. 

***

The Three Musketeers berkisah tentang seorang laki-laki bernama D'Artagnan yang meninggalkan tempat tinggalnya di Gascon menuju Prancis untuk bertemu dengan Monsieur de Treville, kapten para Musketeers. Beliau adalah sahabat ayah D'Artagnan. Ayahnya memerintahkan untuk menemui Treville dan meminta bergabung menjadi Musketeers, yaitu satuan pengawal raja. 

Dalam perjalanannya D'Artagnan ditimpa banyak kejadian. Mulai dari terlibat perkelahian, surat wasiat yang dicuri, sampai kehabisan perbekalan uang yang diberikan ayahnya ketika hendak meninggalkan Gascon. Walau begitu, D'Artagnan berhasil tiba di tempat tujuan dan menemui Monsieur de Treville. Disinilah awal mula D'Artagnan bertemu dengan tiga musketeers yang dikenal karena kehebatannya yaitu Athos, Porthos, dan Aramis.

Athos memiliki kepribadian yang tenang, jarang berbicara, cerdas, dan cukup bijak dalam menyikapi suatu hal. Adapun Porthos memiliki wajah tampan tapi paling cerewet dan tidak bisa diam di antara ketiganya, sedangkan Aramis dikenal sebagai orang alim dan dianggap lebih pantas untuk jadi pendeta dibanding menjadi musketeer.

Awal pertemuan D'Artagnan dengan tiga musketeers ini tidak cukup baik. D'Artagnan bahkan mengajak duel masing-masing Athos, Porthos, dan Aramis. Namun ketika bertemu di lokasi perjanjian, sesuatu yang terjadi membuat mereka akhirnya menjadi dekat dan melupakan perdebatan yang terjadi sebelumnya.

Ketika membaca buku ini, saya sebenarnya agak heran kenapa judul bukunya hanya menyebut tiga orang musketeer, sedangkan tokoh utama di sepanjang cerita ada empat orang. Memang awalnya D'Artagnan tidak bergabung dalam kelompok musketeers karena usianya yang belum mencukupi --yang menyebabkannya bergabung di bawah pimpinan Monsieur Des Essarts-- tetapi kejadian demi kejadian membuat D'Artagnan berhasil bergabung dengan kelompok para musketeers.

Konflik di dalam buku ini lumayan kompleks. Bermacam-macam masalah terjadi namun agaknya seluruh masalah bermuara ke satu titik yang sama, yaitu masalah percintaan. 

Ada kasus D'Artagnan yang jatuh hati kepada Madame Bonnacieux, istri dari pemilik rumah dimana D'Artagnan tinggal, sekaligus menjadi salah satu orang kepercayaan Ratu Anne. Ratu Anne sendiri memiliki skandal dengan Duke of Buckingham dari Inggris. Di sisi lain Kardinal mengupayakan segala cara untuk membongkar perselingkuhan Ratu Anne. Adapun tiga musketeers, yaitu Athos, Porthos, dan Aramis juga memiliki kasus yang tidak jauh beda dari lainnya. Porthos menjalin hubungan dengan istri orang lain (sebenarnya hanya untuk memanfaatkannya), Aramis yang dikenal alim dan lebih cocok menjadi pendeta ternyata diam-diam juga memiliki kekasih, serta Athos yang paling misterius namun memiliki rahasia besar bersama wanita yang kelak menjadi "biang kerok" dan dapat disebut sebagai akar permasalahan dari seluruh tokoh di dalam buku ini.

Sepertinya akan sangat panjang jika ingin menuturkan alur dari buku berjumlah 891 halaman ini. Yang pasti, di antara seluruh tokoh, saya paling kagum dengan Athos. Pembawaannya yang tenang, bijak, cerdas, sekaligus misterius menjadi salah satu hal yang paling menarik, terutama saat dirinya sendiri secara tidak sengaja membeberkan rahasianya kepada D'Artagnan yang selama ini dipendam olehnya. 

Kekurangan dari buku ini adalah cukup banyak kesalahan pengetikan (typo) yang saya temui selama membacanya. Bahkan ada yang sampai satu paragraf dalam satu halaman tulisannya typo semua. Lucu sekali. Namun meski bagitu, alurnya cukup ringan dan mudah dipahami, jadi banyaknya typo tidak menjadi masalah untuk bisa mengerti alur cerita ini. Mungkin hanya lebih ke gangguan mata hahaha.

Secara keseluruhan, buku ini layak dibaca meski waktu yang dibutuhkan cukup lama, seperti saya. Bukunya dibeli tahun 2019, tahun 2020 digunakan untuk mengumpulkan niat baca, dan tahun 2021 akhirnya berhasil khatam di bulan Januari. Bacanya kurang dari sebulan, tapi kumpul niatnya ada setahun hahaha. Dan terakhir, untuk menulis ini pun saya menunda selama dua bulan lamanya. Rencana awal ingin menulis pas selesai baca bukunya di bulan Januari, tapi baru terealisasi di bulan Maret. 

Busyeeet, benar-benar perjalanan panjang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun