Mohon tunggu...
Alfina Asha
Alfina Asha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tulisan random.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serba-serbi Kehidupan

12 Februari 2021   09:53 Diperbarui: 12 Februari 2021   10:14 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berkumpul dengan banyak orang adalah salah satu kesempatan untuk mengamati mereka. Melihat serba-serbi kehidupan dari berbagai manusia yang berbeda-beda karakter dan pola tingkahnya. 

Ada seorang nenek bernama Mawar yang khawatir terhadap anaknya, Melati, yang menjelang maghrib belum juga pulang dari pasar. Padahal Melati bukan anak kecil lagi. Melati bahkan sudah memiliki cucu dari anak perempuannya. Pun dia ke pasar karena memang dia adalah seorang pedagang.

Ada seorang ibu-ibu yang usianya sudah tidak muda lagi. Ibu ini sibuk bercerita (kepada siapa saja yang sudi mendengar) tentang banyaknya bunga yang harus dilunasinya atas hutang pinjamannya. Di sisi lain, dia juga meminjamkan uang kepada orang lain yang sayangnya ketika akan ditagih orang tersebut raib entah kemana. Penelusuran jejaknya pun tak berbuah, karena orang tadi seperti hidup di zaman purba, hidup nomaden. Berpindah-pindah. 

Seorang janda ditinggal mati suaminya akibat kecelakaan motor bertahun-tahun lalu. Hidup bersama ibu dan ketiga anaknya, dia kemudian menjadi pengganti suaminya untuk menjadi kepala rumah tangga. Dirinya menghidupi keluarga dengan berjualan kue. 

Anak pertamanya sudah merantau untuk bekerja, ketika seharusnya ia masih duduk di bangku sekolah. Pun anak keduanya harus ikut bersama pamannya, merantau jauh ke negeri seberang. Tinggallah ia bersama si bungsu dan ibunya. Syukurnya dia berhasil membeli sepeda motor untuk mempermudah kegiatannya. Maka di depan Nenek Mawar dan ibu-ibu (yang mengeluh tentang bunga pinjaman) tadi, dia sibuk lalu lalang menggunakan motornya. Bukan, bukan. Bukan untuk pamer. Tapi dirinya tengah belajar mengendarai motor keluaran baru tersebut, karena sayangnya bersepeda pun dia tak lancar ternyata. 

Lain cerita dengan seorang ibu muda yang tengah asyik mengamati pertumbuhan anaknya yang sebentar lagi berusia tiga tahun. Meski tidak tahu persis rasanya, tapi menjadi single parent di usia muda pastilah tidak gampang sama sekali. Beruntung dirinya dikelilingi orang-orang yang amat sayang dan senantiasa menguatkannya. 

***

Kekhawatiran Mawar (yang sudah menjadi nenek buyut) kepada Melati menjadi bukti konkret dari kalimat lama, bahwa kasih ibu memang sepanjang masa. 

Keluhan ibu-ibu tentang banyaknya bunga yang harus dibayar atas hutang pinjamannya menjadi  bukti bahwa sistem riba memang menyengsarakan. Dan memang seharusnya tidak dijalankan. Di sisi lain, perihal orang yang dipinjaminya uang namun tiba-tiba raib, juga menjadi bukti bahwa tidak setiap orang bisa dipercaya. 

Jalan hidup yang dilalui janda tiga anak dalam menghidupi keluarganya menjadi bukti bahwa kesabaran itu tidak ada batasnya, tapi justru bertingkat-tingkat. Tingkat kesabaran orang yang satu belum tentu sama dengan yang lainnya. 

Ketabahan ibu muda dalam membesarkan buah hatinya seorang diri menjadi bukti bahwa masa lalu tidak melulu harus disesali, karena selalu ada hal baik untuk disyukuri. Dan hal tersebut bisa jadi berasal dari masa lalu yang telah dilewati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun