Mohon tunggu...
Alfina Asha
Alfina Asha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tulisan random.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Cerita tentang Instagram

18 Oktober 2020   22:40 Diperbarui: 19 Oktober 2020   07:01 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret dari situs The Social Dilemma (dokpri) 

Tahun 2016 lalu adalah awal mula saya bermain instagram. Hidup di dalam lingkungan berasrama semasa SMA --dengan jadwal yang cukup padat yang sudah diatur-- membuat saya membutuhkan sedikit hiburan dengan bermain media sosial.

Awalnya hanya untuk bersenang-senang, melihat postingan dari akun yang diikuti rasanya cukup menyenangkan. Namun lama kelamaan durasi waktu yang saya gunakan untuk memainkan aplikasi ini sepertinya semakin tidak terkontrol.

Tiap kali membuka laptop --di sekolah saya penggunaan gawai tidak diizinkan-- ketika akan mengerjakan tugas atau mencari info tertentu, instagram nyaris tidak pernah absen memenuhi riwayat browsing saya.

Memang benar bahwa media sosial termasuk pula instagram bisa sangat berguna ketika digunakan dengan bijak, namun salahkan saya yang saat itu kebanyakan mengikuti akun yang sangat minim memberi informasi bermanfaat. 

Lama kelamaan akhirnya rasa jenuh itu muncul. Terkadang timbul berbagai pertanyaan retoris di dalam kepala saya, kenapa saya begitu banyak membuang waktu untuk hal yang tidak berguna begini? Apa yang saya cari saat meng-scroll lini masa hingga berjam-jam lamanya? dan berbagai pertanyaan lain yang membuat saya jengkel sendiri. Saya ingin marah, namun kepada siapa? Masa marah sama aplikasi? Aneh sekali. Ya ujung-ujungnya marah ke diri sendiri.

2 tahun setelahnya, tepatnya di 2018 lalu sehabis ujian nasional dan mendapat pengumuman SNMPTN --tidak lulus-- sementara saya tidak mempersiapkan bimbel sama sekali, pendaftarannya pun sudah tutup semua.

Akhirnya saya membuat keputusan. Saya memilih menonaktifkan akun instagram saya agar tidak mampir-mampir lagi di kemudian hari ketika saya browsing nantinya.

Saya mau belajar betulan sampai paham materinya, bukan sekadar "terlihat belajar", sebagai persiapan mengikuti SBMPTN. Tekad dan semangat yang sungguh perlu diapresiasi. Membayangkan diri saya yang amat rajin dan bersemangat rasanya bikin saya kagum sama diri sendiri. Narsis sekali. Haha

Saya lupa bahwa saya bahkan pernah ada di fase hidup yang tidak memainkan media sosial dan rasanya baik-baik saja. Lantas kenapa sekarang harus begitu khawatir?

Sekarang akun saya sudah aktif lagi, kadang pula saya buka. Hanya saja tidak sesering dulu. Saya buka akun hanya ketika ingin melihat sesuatu, atau ingin menyimpan foto berkesan yang untuk dicuci membuat saya berpikir ribuan kali.

Pasalnya hanya foto-foto alam yang jika saya simpan memenuhi memori, namun sayang sekali jika dihapus karena ada cerita dibalik pengambilan setiap gambarnya. Singkatnya, tujuan saya sudah ada sebelum saya berselancar. Jadi ketika selesai dengan tujuan, melihat lini masa sebentar dan rasa bosan cepat sekali datang rupanya. Ya sudah, saya tutup lagi. 

Saya akhirnya berpikir untuk sependapat dengan salah satu cuitan yang pernah melintas di lini masa saya. Katanya, ketika ada sesuatu hal yang dikerjakan, FOMO (Fear of Missing Out) tidak lagi menjadi relevan.

Pun dengan tulisan yang saya baca tempo hari, lupa ditulis oleh siapa. Jangan salahkan benda mati, katanya. Kita makhluk yang diberi akal dan hati, mestinya lebih pandai dalam memilah dan memilih.

The technology that connects us, also divides us.

The technology that connects us, also monetizes us. 

The technology that connects us, also distracts us. 

The technology that connects us also manipulates us. 

The technology that connects us also controls us.

-The Social Dilemma-

Semoga bermanfaat! Adios~ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun