Mohon tunggu...
Alfina Rosy Rivanda
Alfina Rosy Rivanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kenaikan Harga BBM

5 Desember 2022   08:00 Diperbarui: 5 Desember 2022   08:16 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

KENAIKAN HARGA BBM

Isu kenaikan harga BBM bersubsidi telah menjadi perbincangan hangat di ruang public beberapa pekan terakhir. Bagaimana tidak, di tengah meningkatnya inflasi yang dirasakan masyarakat ditambah faktor ekonomi global terkini yang disebut Presiden Joko Widodo pada awal Agustus lalu dalam "mengerikan karena pertumbuhan ekonomi melemah tetapi di saat yang bersamaan. Justru inflasi semakin meningkat tiba-tiba ada kabar kenaikan harga BBM bersubsidi, yang membuat masyarakat menjerit kasarnya hidup lagi sulit kok dibuat makin sulit. 

Nah Oleh karena itu kita pahami kondisi Apa yang sebenarnya melatarbelakangi rencana kenaikan BBM bersubsidi ini dan dampak apa yang ditimbulkan serta Seperti apa upaya pemerintah untuk mengatasinya kita mulai dari grafis pertama terkait dengan kondisi terkini dan isu kenaikan BBM bersubsidi di mana rencananya untuk BBM ini akan naik Perkiraannya direntang 2000 hingga Rp3.000 per liter dan untuk saat ini harga awal BBM bersubsidi ini berada di angka rp7.650 untuk tali. 

Kemudian Jika benar BBM akan naik diperkirakan harganya akan berada di Kisaran kurang lebih Rp10.000 Kemudian untuk solar di mana angkanya saat ini 5150 akan naik diperkirakan di Kisaran kurang lebih Rp8.000 dan terakhir ada pertamax yang harga 9 itu di angka rp12.500 tetapi diperkirakan jika akan naik lagi harga BBM maka pertamax seakan berada di Kisaran kurang lebih Rp15.000. Harga yang saat ini berlaku merupakan angka yang telah mendapatkan subsidi dari pemerintah. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa subsidi dan kompensasi energi yang nilainya telah mencapai kurang lebih 524 Triliun Rupiah sejatinya telah naik 3 kali lipat dari anggaran subsidi dan kompensasi yang ditetapkan pada APBN 2022. 

Di mana angka awalnya hanya sebesar 152,5 Triliun Rupiah. Adapun rincian penggunaan anggaran subsidi dan kompensasi di bidang energi tersebut Antara lain yaitu diantaranya untuk subsidi solar ini diberikan kurang lebih di Kisaran 8800. 

Dari harga awalnya atau ini subsidi sebesar 63,1% dari harga keekonomian yang asli kemudian subsidi pertalite kurang lebih 6800 atau 7 47,1% dari harga aslinya dan yang terakhir subsidi gas yang 3 kilo ini ada di Kisaran 14250 dan kurang lebih besar yaitu mencapai 77% jadi memang situasi ini di luar prediksi pemerintah saat tengah menyusun APBN 2022. 

Pada tahun 2021 lalu di mana harga minyak mentah Sampai dengan saat ini masih terus naik dan diprediksi akan mencapai 105 dolar per barel, pada akhir tahun 2002 itu lebih tinggi dari asumsi makro yang dituangkan dalam Perpres 98 tahun 2002 yaitu maksimal 100 US Dollar per barel. Kemudian hal serupa juga terjadi pada faktor nilai tukar dolar Amerika terhadap Rupiah yang lebih tinggi dari asumsi sebesar rp14.450. 

Karena nyatanya kini berkisar di rp14.700 per dolar Amerika Serikat dan anggaran subsidi yang sebesar ini ternyata justru dinikmati oleh masyarakat dengan kategori ekonomi lebih mampu alias tidak tepat sasaran dan berikut keterangan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, 80 persennya dinikmati oleh rumah tangga yang relatif mampu atau bahkan sangat kaya 60% nya. Jadi hampir 60 triliun terdiri dari 90 sedangkan masyarakat miskin yang menggunakan untuk motor dan yang lain-lain yang mengkonsumsi. 

Kepala dia hanya mengkonsumsi 20% nya sangat beda perbedaan dari yang mendapatkan subsidi seharusnya sama yang menikmatinya 80 banding 20%. Jika pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi sudah pasti laju inflasi tahun ini berpotensi kuat untuk meroket, lantaran kenaikan harga BBM juga menyulut harga-harga lainnya seperti transportasi dan bahan pokok mengalami kenaikan. 

Sejarah mencatat bahwa pada tahun 2013 kita pernah mengalami kenaikan ataupun laju inflasi semakin meningkat, karena kenaikan harga BBM di sini. Pada tahun 2013 tepatnya bulan Juni premium dan solar mengalami kenaikan kurang lebih dari 1000 hingga Rp2.000 dan berakibat pada Desember ditahun yang sama inflasi melonjak hingga ke level 3,83% kemudian di November 2014 premium mengalami kenaikan lagi yaitu 30% dan pada Desember di tahun yang sama juga inflasi menyentuh sehingga 8 36% year-on-year dan pengamat dari ui mengatakan Jika harga pertalite dinaikkan pada tahun ini, maka prediksi inflasi akan terjadi di rentang 6 hingga 8%. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun