Mohon tunggu...
alfida febrianna
alfida febrianna Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Saat ini sedang menempuh studi jurnalistik di Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tantangan Media dalam Monetisasi Konten di Era Digital

15 September 2020   19:33 Diperbarui: 15 September 2020   19:44 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Perkembangan teknologi di era digital saat ini mempengaruhi eksistensi media. Tak hanya mempengaruhi persaingan konten, melainkan juga persaingan bisnis. Pesatnya persaingan dalam era digital ini membuat membuat industri media semakin gencar mempertahankan eksistensi.

Picard dan McQuail (Kansong, 2009:8) menyebutkan industri media memiliki pasar ganda dalam menjual produknya, yaitu khalayak dan pengiklan. Disebutkan juga oleh Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Detta Rahmawan, bahwa secara konsep pendapatan suatu media berasal dari dua hal, yakni monetisasi produk yang dibeli oleh audiens dan pemasukan iklan. Dua hal ini lah yang disebut dua sisi pasar media. Produk media yang dibeli audiens dapat berupa surat kabar harian, majalah dan produk lain dari media tersebut.

Dalam memproduksi berita serta kebutuhan operasional lainnya, media tentu membutuhkan sumber biaya. Maka dari itu, monetisasi menjadi salah satu sumber penting pendapatan suatu media. Namun, kenyataan yang dihadapai media saat ini adalah adanya perbedaan skema pasar sekarang dengan terdahulu. Perbedaan tersebut baik dari segi penyampaian konten maupun pemasukan iklan.

Saat ini kemajuan internet membuat media digital menjadi sarana masyarakat memperoleh informasi. Jika dahulu untuk mendapatkan suatu informasi yang akurat harus membeli surat kabar cetak seperti koran atau majalah, kini segalanya dapat mudah diakses melalui gadget. Perkembangan ini membuat banyak masyarakat mulai meninggalkan surat kabar cetak yang menjadi salah satu sumber pendapatan suatu media. Akibatnya, pendapatan media berkurang bahkan eksistensinya terancam. Kondisi ini memaksa media untuk beradaptasi di era digital.

Di sinilah peran pengiklan masuk ke dalam industri media. Menurut Clemons (2009), iklan merupakan konten sponsor yang mengandung pesan komersial terkait suatu produk untuk menyasar target konsumen tertentu. Namun, salah satu tantangan media lainnya dalam bertahan di era digital ini datang dari industri periklanan.

Digital Duopoly

Dalam konteks digital, ekosistem industri media online kini sedang didominasi dari hulu ke hilir oleh digital duopoply Google dan Facebook. Dilansir dari Business Insider, perusahaan teknologi yang menguasai iklan digital presentasenya yakni Google dengan 37,2 persen dan Facebook 22,1 persen. Dahulu, skema pasar konvensional terbilang sederhana. Iklan masuk dari advetiser melalui perantara biro iklan yang disampaikan oleh media, kemudian produk iklan tersebut dilihat khalayak. Media kehilangan kendali atas pemasukan dari monetisasi konten yang biasanya besar. Kini, media seakan "dipaksa" untuk mengikuti aturan main dari Google dan Facebook.

Kemajuan teknologi selain mempermudah juga membatasi media dalam hal ekonomi. Seperti disebutkan oleh Detta Rahmawan pada webinar yang diselenggarakan Sindo News pada Selasa, (8/9/2020) lalu, pendapatan media dari iklan cenderung lebih besar dibanding dari hasil penjualan produk media. Media yang saat ini masih mengandalkan penjualan langsung sebagai pendapatan utama adalah New York Times, itu pun hanya sebagian kecil dari banyaknya media di dunia terutama di Indonesia.

Salah satu media di Indonesia yang tengah 'berbenah diri' dalam rangka beradaptasi di era digital adalah The Jakarta Post. Sempat digadang-gadang mengalami kebangkrutan pada Mei 2020, The Jakarta Post rupanya tengah merancang model bisnis yang tepat dalam menghadapi tantangan teknologi dan tuntutan pasar.

Manfaatkan Celah Peluang 

Dengan kondisi seperti ini, perusahaan media perlu kreatif dan inovatif dalam mempertahankan eksistensi. Pendapatan harus tetap masuk meski hanya memanfaatkan teknologi digital dan tidak berbayar. Ada pun media yang pendapatannya benar-benar bersumber dari  monetisasi konten digital juga periklanan. Salah satunya adalah VICE Indonesia. Konten yang dibuat oleh VICE Indonesia tidak berbayar, sehingga iklan merupakan sumber utama pendapatannya.

Peluang yang dapat dilakukan media dalam menghadapi tantangan teknologi dan tuntutan pasar saat ini salah satunya dengan menaikkan engagement. Cara yang sudah dilakukan beberapa media dalam menaikkan engagement beragam. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Sindo News. Wakil Pemimpin Redaksi Sindo News Puguh Haruyanto menyebutkan membentuk komunitas daerah dapat mendekatkan media dengan ekosistem khalayak. Partisipan atau anggota komunitas daerah yang dibentuk media nantinya akan memberikan informasi yang dekat dengan khalayak di daerah tersebut.

Konten yang related atau dekat dengan masyarakat tentunya akan menaikkan engagement bagi media itu sendiri. Selain itu, pengemasan konten juga harus diutamakan. Topik informasi sebagus apa pun jika tidak dikemas dengan baik, maka engagement yang diraih akan sedikit. Pengemasan tersebut dapat dari cara penulisan, akses, kerapihan website hingga grafis dan lain sebagainya.

Kini media berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian khalayak. Biasanya, media menggunakan kata kunci yang tepat dengan peristiwa atau topik yang diangkat. Penggunaan kata kunci ini juga penting, yakni dapat memudahkan pencarian. Kata kunci yang tepat dapat membuat konten tersebut berada di urutan teratas search engine Google, semakin atas maka makin besar peluang untuk dibuka khalayak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun