Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengajarkan Anak untuk Menerima Kekalahan

19 Agustus 2022   14:44 Diperbarui: 20 Agustus 2022   09:18 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perlombaan anak memperingati HUT RI. | Gambar: dok Adi via kompas.com

Bagaimana mengajarkan anak menerima kekalahan?

1. Mari ajarkan semangat sportivitas

Sportivitas adalah mengakui kemenangan lawan. Sportivitas menjunjung tinggi persahabatan. Sehingga pertandingan tidak akan membuatnya tercerai-berai, saling mencemooh, dan ujung-ujungnya menimbulkan pertikaian.

2. Mari berikan apresiasi kepada anak

Orang tua merupakan motivator utama anak. Orang tua juga merupakan teladan bagi anak. Apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang tua mempengaruhi pandangan anaknya. Sehingga jangan menyurutkan semangat anak dengan memarahi ketika ia gagal. 

Sebaliknya mari berikan apresiasi karena anak sudah berusaha. Harapannya dengan apresiasi tersebut akan membangkitkan motivasi anak untuk berusaha lebih keras ke depannya.

3. Ceritakan contoh-contoh bentuk sportivitas

Ada banyak contoh-contoh sportivitas yang dapat digunakan untuk menginspirasi anak, baik melalui media internet maupun hal-hal kecil di sekitar kita. 

Saya berpikir anak-anak akan lebih mudah diajarkan dengan contoh-contoh penerapan praktis. Hal-hal yang terlalu teoritis tidak terlalu menarik bagi anak-anak.

4. Memberikan pemahaman tentang arti kekalahan

Kekalahan rawan akan menimbulkan rasa inferior pada anak. Anak mungkin akan merasa rendah diri sehingga tidak percaya pada kemampuannya sendiri. Ini akan sangat mempengaruhi mentalitas sang anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun