Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hai Milenial, Hati-Hati dengan Rekam Jejak Digitalmu

17 Desember 2021   11:59 Diperbarui: 17 Desember 2021   22:13 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengguna media sosial.| Sumber: businessinsider.com via Kompas.com

Seorang manajer senior di kantor kami sesungguhnya bukanlah orang yang aktif di media sosial. Baru sekitar 2 tahun ini ia aktif bermain medsos (media sosial). Terutama sejak ramai-ramai pemilu 2019. 

Beliau ini di kantor merupakan orang yang terpandang. Kemampuan intelektualnya diakui. Ia pun disegani tak hanya anak buahnya, karyawan departemen lain pun segan. Selama ini ia bukanlah orang yang suka “neko-neko”. Perilaku yang tampak dari luar menyiratkan kebersahajaannya.

Namun secara pelan tiba-tiba penilaian para rekan di kantor mulai berubah. Ia mulai jadi bahan pergunjingan. Sebabnya, ia terlihat begitu vokal di media sosialnya. Menuliskan status-status yang cukup radikal dan terkadang rasis. Ia banyak menumpahkan pandangannya terkait isu politik dan agama. 

Maka, sosok yang kalem itu nampak berubah drastis dimata para kolega dan rekan di tempat kerja. Ini pun menjadi sorotan manajemen tingkat atas. Hingga akhirnya ia meninggalkan perusahaan setahun yang lalu.

Ada lagi cerita lain dari beberapa kawan personalia (HRD). Kebetulan istri saya sendiri juga seorang HRD yang salah tugasnya adalah melakukan rekrutmen karyawan. 

Beberapa waktu terakhir terutama disaat media sosial sudah mulai ramai digunakan, mereka harus bekerja “ekstra” saat melakukan proses rekrutmen. Banyak perusahaan yang sudah menerapkan kebijakan “intip” medsos si calon karyawan. Tujuannya tak lain adalah untuk memeriksa rekam jejak digital mereka. Perusahaan tidak mau mencari kucing dalam karung. Dalam artian, perusahaan tidak ingin merekrut orang yang salah.

Mana yang didahulukan, kompetensi atau attitude?

Jawabannya adalah ATTITUDE. Kata ATTITUDE bahkan diminta dicetak besar-besar. Bila perlu ditebalkan (bold) dan digaris bawah (underline)

Kata ‘Attitude’, walaupun aslinya bahasa asing tetapi rasanya sudah cukup akrab di telinga kita. Attitude atau dalam terjemahannya disebut perilaku, merupakan syarat penting dan mutlak dimiliki oleh seorang pekerja. 

Seberapa pintar pun Anda, sejago apapun Anda dalam satu bidang, bila Anda memiliki perilaku kerja yang buruk, Anda tidak akan dipakai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun