Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Promosi Jabatan, Apakah Cukup dengan Prestasi?

27 Februari 2021   14:01 Diperbarui: 1 Maret 2021   17:30 1636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi promosi jabatan (Sumber gambar: thinkstock yang diolah oleh kompas.com)

Mendapatkan promosi di tempat kerja tak dapat dipungkiri merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Ada kepuasan karena level jabatan menanjak lebih tinggi. Promosi kerja juga dapat diartikan sebagai penghargaan atas kinerja pegawai.

Tentu saja penghargaan ini umumnya terkait dengan prestasi kerja. Normalnya orang yang berprestasi itulah yang diangkat. Namun apakah selalu begitu? Cukupkah hanya dengan prestasi saja?

Indra, seorang pegawai swasta yang sudah cukup lama bekerja di perusahaan. Perjalanan karirnya cukup berliku. Ia sempat mengalami pindah-pindah bagian (mutasi). Mulai dari bagian marketing, gudang, GA, PPIC, hingga yang terakhir produksi.

Sejatinya ia sering dimutasi karena attitude-nya yang kurang baik. Selalu saja ada komplain dari rekan satu timnya. Lalu suatu saat ia bergabung dengan tim produksi sebagai staf biasa. Kebetulan ia memiliki atasan yang bisa klop dengan dirinya. Indra dan atasannya sering terlihat bersama dalam urusan pekerjaan.

Setahun bersama, atasannya ini mendapatkan promosi menjadi manajer produksi. Posisi atasannya yang sebelumnya asisten manajer menjadi kosong. 

Sang atasan lalu menunjuk Indra menggantikannya sebagai asisten manajer. Namun Indra tidak serta-merta diangkat menjadi pejabat definitif mengingat attitude-nya. Indra pun menjalani masa PJs (pejabat sementara) terlebih dahulu selama 3 bulan.

Dalam 3 bulan ini ia akan dievaluasi apakah mampu (kompeten) atau tidak. Ternyata setelah 3 bulan berlalu bermunculan komplain dari bagian lain. Ia dianggap sebagai orang yang takbisa kerja sama. Angkuh. Lagi-lagi attitude-nya dikeluhkan.

Ia cenderung merasa dirinyalah orang yang paling penting. Semua membutuhkannya. Sikap seperti ini kemudian membuatnya terkesan meremehkan orang lain. Akhirnya keputusan untuk mempromosikannya dibatalkan.

Dalam suatu organisasi, prestasi itu jelas diperlukan. Seorang pegawai dituntut untuk berkinerja sebaik mungkin untuk kemajuan perusahaan. Mana mungkin pemilik usaha mempercayakan jabatan strategis pada sembarang orang. Tidak ada orang berbisnis mau rugi. Salah memilih orang akan berisiko operasional bisnis tersendat. Ujung-ujungnya dampaknya ya profit terganggu. 

Maka, jika ada pertanyaan apakah prestasi saja cukup untuk mempromosikan pegawai? Jawabannya tidak. Prestasi adalah unsur penting. Tapi bukan satu-satunya faktor utama.

Lalu apa sajakah faktor-faktor penunjang lainnya? Mari kita lihat serta kupas...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun