Maman Abdurahman mengirimkan umpan ke tengah. Di sana ada Eka Ramdani. Kocek-kocek dia. Melewati pemain lawan. Kirim umpan ke depan. Ada Simamo Bertrand disana. Giring ke depan. Langsung arahkan ke gawang dan..Goooooolll!!!!
Anda mungkin mengira itu adalah petikan komentator bola di stasiun televisi. Bukan! Bukan di televisi. Itu adalah komentator bola yang disiarkan langsung melalui.... Radio!Â
Ya, saya kerap kali mengikuti pertandingan bola yang disiarkan lewat radio 18 tahun silam demi mengikuti kiprah tim kesayangan saya yang sedang bertanding.
Mengikuti pertandingan lewat radio itu seru lho. Imajinasi kita benar-benar harus jalan. Membayangkan tendangan bebas dari jarak 35 meter dengan sudut 30 derajat ke gawang. Membayangkan serangan balik tiga lawan satu. Membayangkan sliding tekel keras. Pokoknya semua serba membayangkan.Â
90 menit dihabiskan dengan mendengarkan dan membayangkan. Mau bagaimana lagi. Pertandingannya tidak disiarkan stasiun TV nasional. Kalau pas disiarkan sih kita nonton lewat TV.
Saya lahir dan tumbuh besar di kota Solo. Kebetulan dari kecil memang sudah suka dengan sepak bola. Hampir tidak pernah melewatkan siaran langsung pertandingan sepak bola yang disiarkan di televisi.Â
Paling suka melihat pertandingan Liga Inggris karena permainan yang atraktif nan menghibur. Sebaliknya tidak terlalu suka dengan Liga Indonesia. Bukan karena tak cinta produk dalam negeri. Tapi kesannya (menurut saya), pertandingan kurang menarik.Â
Nyaris tak pernah ada tim tamu yang bisa memenangkan pertandingan. Namun bukan berarti saya tidak punya tim kegemaran di liga Indonesia. Berdasarkan kota tempat saya dibesarkan, bagi penggemar bola pasti sudah bisa menebak klub idola saya? Ya Persis Solo.Â
Tim ini merupakan klub asli Solo. Tapi sebelum Persis Solo kembali ke peta persaingan liga Indonesia, ada beberapa tim yang sempat singgah dalam artian menjadikan Solo sebagai homebase yakni Pelita Solo (tahun 2000-2001) dan Persijatim Solo FC (tahun 2002-2004).Â
Pelita Solo merupakan klub yang didirikan oleh keluarga Bakrie. Setelah dari Solo, tim ini sempat berpindah-pindah homebase hingga akhirnya sekarang menjadi Madura United. Sedangkan Persijatim Solo FC dibeli oleh pemerintah Sumatera Selatan dan berganti nama menjadi Sriwijaya FC.