5. Heat Input (HI)
Heat Input merupakan gabungan tiga unsur yang terdiri dari arus, tegangan, dan kecepatan pengelasan. Ini akan berdampak pada energi panas sebagai masukan (sumber) pengelasan. Terlalu besar atau terlalu kecilnya HI bisa berpotensi mengakibatkan cracking (keretakan). Disinilah skill welder berperan. Arus dan tegangan harus mengikuti standar. Tak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kemudian kecepatan pengelasan. Tak boleh terlalu cepat juga tak boleh terlalu pelan. Bagaimana menggambarkannya ya? Ini sih bergantung feeling welder.
6. Elektroda (kawat las)
Kawat las yang beredar dipasaran itu banyak sekali variasinya. Karena memang kawat las itu banyak sekali kodenya. Jangan sampai salah. Kode biasanya tertulis pada kemasan. Penggunaannya didasarkan pada jenis pengelasan yang dipakai dan jenis material yang akan dilas. Contohnya kita akan mengelas material stainless dengan menggunakan jenis pengelasan SMAW, maka kita gunakan kawat las dengan kode SFA 5.4.Â
Sedangkan bila akan mengelas material carbon steel menggunakan pengelasan GMAW menggunakan kawat las dengan kode 5.18. Setelah kode ini dibagian kemasan akan diikuti kode mekanis kawat seperti tertera pada gambar di atas.
7. Pengujian
Suatu hasil las itu perlu diuji. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya cacat las. Pengujian las dikenal dengan 2 tipe pengujian yakni Destructive Test (DT) dan Non Destructive Test (NDT). Seperti terjemahannya, DT berarti uji merusak. Sedangkan NDT adalah uji tidak merusak. DT biasanya diaplikasikan pada saat kualifikasi awal sebelum melakukan pekerjaan las.Â
Menggunakan sampel dengan karakteristik mekanis benda dan prosedur las yang sama dengan yang akan dijalankan. Kalau untuk setelah pengelasan yang paling sering digunakan adalah NDT. NDT sendiri banyak macamnya: visual inspeksi, Uji penetrant, Uji magnetic, pengujian ultrasonic, tes radiography, dan lain-lain.Â
Pemilihannya bergantung pada kebutuhan. Yang paling banyak dipakai adalah Uji Penetrant (lihat gambar) dan magnetic (PT/MT) karena murah dan praktis. Hanya saja kelemahan metode ini adalah hanya bisa mendeteksi cacat las di permukaan saja. Semisal ada retakan didalam kampuh las dengan kedalaman tertentu, metode ini tak bisa mendeteksi. Minimal harus dengan menggunakan ultrasonic tes. Tentu dengan harga yang lebih mahal.
Dari kesemua yang saya tulis diatas sebenarnya anda bisa melihatnya didalam dokumen prosedur welding yang disebut dengan WPS (Welding Procedure Specification). Dokumen ini berisi panduan lengkap untuk welder dan inspektor dalam melaksanakan pekerjaan dan kontrol pengelasan.Â