Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bioskop Memang Sudah Waktunya Dibuka, Tapi...

1 September 2020   07:46 Diperbarui: 1 September 2020   07:46 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bioskop pada masa pandemi. Gambar: cnbc.com

"Bioskop itu adalah salah satu kebutuhan manusia di era sekarang. Bioskop adalah media hiburan untuk melepaskan stres"

Demikian ujar salah seorang tetangga menanggapi rencana pembukaan kembali bioskop setelah mati suri 6 bulan lamanya. Manusia sudah terlalu lelah dihadapkan pada ketakutan dan tekanan hidup akibat pandemi corona. Bayangkan, 6 bulan terakhir ini praktis kegiatan piknik atau refreshing terpaksa ditunda.

Mau nge-mall dibatasi, pun demikian halnya dengan kuliner. Maka bolehlah bioskop dibuka dengan catatan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Demikian tetangga saya tersebut menambahkan statementnya. Statement tersebut adalah hasil obrolan ngalor-ngidul (baca: nongkrong) bersama bapak-bapak kompleks sambil menyeruput kopi plus ngemil kacang goreng ditengah malam. Obrolan tersebut menjadi topik hangat pada ronda malam itu.

Pembukaan kembali bioskop memang menjadi kontroversi dalam masyarakat. Ditengah ancaman kesehatan karena corona yang semakin merajalela agaknya memang perlu ada gambaran dari pengatur kebijakan tentang bagaimana bioskop akan dibuka. Tujuannya supaya masyarakat mempunyai gambaran sebenarnya ide pemerintah ini bagaimana sih. Tak mungkin kan hanya sekedar membuka tanpa ada aturan protokol kesehatan. 

Ini harus dibuka dengan gamblang agar masyarakat tidak hanya sekedar menebak-nebak. Akhirnya menyebabkan perdebatan sengit di kalangan masyarakat sendiri. Bukalah aturan dan standar baku bagaimana mekanisme mulai dari orang sampai di mall, perjalanan menuju bioskop, pembelian tiket, pengaturan tempat duduk hingga mekanisme setelah film selesai diputar. 

Bila perlu buatkan video simulasi dan sebarkan melalui media-media sosial hingga masyarakat mengerti. Jadi orang bisa menilai dengan obyektif apakah aman atau tidak bila bioskop dibuka. Kemudian apakah aturannya sama antara daerah yang berada di zona merah, zona oranye, zona kuning , dan zona hijau. Ini sama halnya dengan rencana pembukaan sekolah.

Saya jadi teringat dengan seorang teman pada saat saya masih kos enam tahun yang lalu. Ia bekerja di salah satu bioskop di kawasan Karawaci, Tangerang. Saya penasaran karena bekerja di bioskop itu membuatnya selalu pulang larut malam. Akhirnya kami bercerita, dan dari obrolan saya dengannya, saya mengetahui bahwa kerjanya adalah 12 jam per hari. Dari percakapan itu pula saya mengetahui bahwa ia dibayar UMR. 

Mau pulang jam berapa pun ya segitu dibayar. Dari sana saya baru mengetahui dibalik mbak-mbak penjaga pintu bioskop yang selalu berpenampilan menarik itu ada jerih payah yang luar biasa. Bayangkan betapa capeknya itu bekerja 12 jam bahkan bisa lebih bila film yang diputar menyedot penonton yang banyak. Dan itu dijalani setiap hari. Namun praktis selama 6 bulan terakhir ini, ia harus merelakan kontraknya tidak diperpanjang.

Tak bisa dibantah, industri hiburan bioskop adalah industri yang terdampak efek yang sangat dahsyat. Sebabnya praktis tidak ada pendapatan sama sekali akibat bioskop ditutup. Mari sedikit tengok pada fakta yang terjadi.

CGV

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun