Sharing #2
Dalam pertemuan dengan seorang teman dipelatihan welding inspector, kami banyak berbagi cerita. Teman ini baru berumur 26 tahun.
Ia bercerita baru-baru ini ia melamar ke Rekayasa Industri, sebuah perusahaan ternama dibawah naungan grup Semen Indonesia. Ia diproyeksi bertugas ke salah satu proyek Rekayasa Industri di RDMP Balikpapan, sebuah proyek kilang minyak milik Pertamina.
Sebelum bertugas, ia diberi pelatihan bersama dengan saya. Sebagai informasi saja, pelatihan ini tidak murah. Kira-kira seharga gaji manajer di perusahaan besar.
Jadi sertifikat keahlian ini ia miliki guna menunjang pekerjaannya nanti ketika sudah terjun ke lapangan.
Dalam hati beruntung juga kawan ini. Jarang ada perusahaan yang memberikan kesempatan training sertifikasi keahlian kepada pegawai barunya. Apalagi dimasa pandemi seperti sekarang.
Yang pasti, ia akan diangkat menjadi karyawan tetap apabila masa kontraknya sudah berakhir karena tidak mungkin perusahaan melepas pegawai yang memiliki keahlian. Perusahaan pun telah mengeluarkan modal yang tidak sedikit untuk mendidik dan membesarkan si pegawai tersebut.
Sharing #3
Ada lagi seorang kawan asli Bandung. 10 tahun yang lalu ia memutuskan untuk mengikuti sertifikasi ahli pengujian Non Destructive Test (NDT) PCN dari sebuah lembaga Internasional yang berpusat di Inggris. Sertifikasi tersebut mengambil tempat di Batam, Kepulauan Riau. Dia mengatakan itu sebagai sebuah investasi karena ia berangkat dengan biaya sendiri.
Selepas lulus, sertifikasi yang ia punya sangat berguna untuk freelance. Bagaimana tidak freelance, honor per hari untuk meng-endorse dirinya bukan lagi dalam rupiah, namun sudah hitungan dolar. Per hari bila dirupiahkan ia bisa mengantongi 1,5-2 juta rupiah bersih diluar akomodasi, atas jasanya menjadi inspektor welding.
Dalam sebulan, ia hanya bekerja 15-20 hari namun sudah sangat cukup untuk kebutuhan keluarga. Begitu ungkapnya pada saya.