Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

R Maladi, Pejuang Nasional dengan Banyak Torehan Karya

4 Agustus 2020   08:30 Diperbarui: 4 Agustus 2020   08:36 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila anda berkunjung ke Solo dan menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di kawasan Jalan Slamet Riyadi, anda akan menjumpai sebuah stadion yang bernama R Maladi. Tepatnya di kawasan Sriwedari, Solo. Sejatinya stadion ini pada awalnya bernama Stadion Sriwedari. Namun pada 4 Agustus 2003, Walikota Solo pada saat itu, Bapak Slamet Suryanto meresmikan perubahan nama stadion menjadi stadion R Maladi atas jasanya bagi bangsa. Stadion ini pernah digunakan oleh klub kebanggaan kota Bengawan, Persis Solo sebagai homebase untuk mengarungi musim dikompetisi Liga Indonesia.

Stadion R Maladi, Solo. Sumber gambar: indosport.com
Stadion R Maladi, Solo. Sumber gambar: indosport.com

Raden Maladi, atau yang lebih dikenal dengan nama R Maladi, lahir di lereng Gunung Lawu tepatnya di Matesih, Karanganyar pada 31 Agustus 1912. Beliau tidak jauh dari dunia sepakbola. 

Di usia belia 18 tahun ia telah bergabung dengan salah satu klub tertua PSIM Yogyakarta. Kemudian ia sempat memperkuat tim legendaris lainnya yakni Persebaya Surabaya. Ia sekaligus merupakan Kiper pertama tim nasional Indonesia yang pada saat itu masih dibawah pemerintah kolonial Hindia-Belanda. 

Puncak karirnya didunia sepakbola adalah ketika beliau diangkat menjadi Ketua Umum PSSI oleh Presiden Soekarno pada tahun 1950 sampai periode 1959. Dibawah pimpinannya Tim nasional Indonesia sempat bermain di Olimpiade Melbourne pada tahun 1956 meskipun belum berhasil keluar sebagai juara.

Selain figur sepakbola, R Maladi bertransformasi menjadi militer setelah bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tahun 1940 saat perang melawan Belanda meletus. 

Beliau merupakan salah satu komandan yang memimpin pasukan pada saat pertempuran empat hari melawan Belanda yang meletus di kota Solo pada 7-10 Agustus 1949. Dalam karier militernya, ia menyandang pangkat terakhir sebagai Kapten saat Tentara Republik sudah bertransformasi menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Selain dunia sepakbola dan militer, R Maladi juga dikenal sebagai pecinta seni. Ia menciptakan beberapa lagu pada saat era revolusi tahun 1945-1950. Lagu-lagunya yang terkenal antara lain Dibawah Bulan Purnama, Nyiur Hijau, dan Telaga Biru. Lagu-lagu itu pada masanya kerap diputar sebelum siaran berita RRI (Radio Republik Indonesia). 

Kecintaannya pada dunia musik juga dibuktikan dengan ikut merintis berdirinya studio rekaman musik Lokananta. Studio ini menjadi studio rekaman pertama dan paling legendaris yang masih eksis sampai sekarang yang beralamat di Kelurahan Kerten, Kecamatan Laweyan, Solo. 

Saat ini studio ini pun dipergunakan sebagai museum yang dapat dikunjungi secara umum dengan harga tiket cuma-cuma alias gratis. Beberapa penyanyi legendaris yang sempat rekaman di studio ini antara lain Titik Puspa, Gesang, Manthous, Bing Slamet, dan Waldjinah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun