Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setiap Orang Itu Dalam Hidupnya Berjuang

13 Juli 2020   08:50 Diperbarui: 13 Juli 2020   09:39 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sering mendengar orang mengeluh dalam bahasa Jawa begini, "Wong kae kok urip e kepenak Yo.. Aku iki dadi wong kok rekoso eram.." 

Yang bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, "Orang itu hidupnya kok enak ya.. Aku ini jadi orang kok menderita sekali.." Banyak orang sering merasa orang lain hidupnya lebih enak, tanpa pernah mengalami kesusahan. Padahal kita tidak tahu kebutuhan orang lain, apa yang sedang ia alami, atau apa yang mungkin menjadi pergumulan hidupnya.

Apalagi kalau memandang bagaimana gemerlapnya kehidupan para artis atau para orang kaya yang sering menghabiskan waktunya untuk bermain golf.

Seakan-akan hidup yang kita jalani adalah yang paling menderita dari semuanya. Kira-kira seperti itu makna dari ungkapan Jawa di atas.

Foto di atas adalah foto asli dari seorang tetangga yang tinggal di sebelah rumah saya. Ia memutuskan untuk mulai berjualan di jalan. Foto itu diambil di hari pertama ia berjualan hari Sabtu pekan lalu. Ia mengambil lokasi di kompleks perumahan tempat kami tinggal, di daerah Bumi Indah, Pasar Kemis, Tangerang.

Tidak setiap hari berjualan disitu. Hanya Sabtu dan Minggu saja karena sejatinya ia adalah seorang karyawan swasta. Istrinya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga ketika anak mereka lahir 2 tahun yang lalu.

Sebagai sampingan, mereka berjualan tahu bakso dan sosis solo lewat media sosial dan platform online.  Beberapa waktu yang lalu kami sempat bercerita mengenai kondisi tempat kerja kami masing-masing terkait dampak Corona.

Di pabrik ia bekerja mulai bulan Juli ini tiap Jumat dan Sabtu yang biasanya masuk sudah diliburkan hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Praktis seminggu hanya kerja 4 hari dari Senin sampai Kamis.

Konsekuensinya pasti ada pemotongan gaji. Maka berjualan di pinggir jalan ditempuh untuk mendapatkan tambahan penghasilan karena kebutuhan sehari-hari tetap harus berjalan. Cicilan rumah harus tetap dibayar, kebutuhan susu anak juga tidak berkurang bahkan cenderung bertambah karena anak sudah lepas dari ASI, belum lagi kebutuhan akan vitamin dan segala perlengkapan untuk pencegahan corona. Kebutuhan makin bertambah tetapi penghasilan menurun. Maka inilah perjuangan hidup versi teman saya tersebut.

Pada hakekatnya, setiap manusia itu berjuang dalam hidupnya. Tidak melulu harus cerita-cerita motivasi yang banyak digembar-gemborkan lewat media seperti misalnya tentang seorang ayah harus berjualan dengan menggendong anaknya yang lumpuh layu di Tegal, kemudian seorang sopir angkot yang membawa bayinya pada saat menarik angkot di Semarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun