Mohon tunggu...
Alfian Syarif Hidayatullah
Alfian Syarif Hidayatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dibuat hanya untuk memenuhi tugas kuliah jurnalistik

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, NIM: 20107030077, hobi: menjelajah ilmu pengetahuan Tuhan yang tak terbatas.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pendakian Gunung Sumbing, Menyambangi Kepingan Surga di Atas Awan

25 Juni 2021   09:02 Diperbarui: 27 Juni 2021   11:50 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matahari terbenam di Gunung Sumbing (dokpri)

Sehari sebelum keberangkatan saya menjemput Faiq teman dari Pekalongan yang tiba di stasiun Tugu, Jogja. Dia akan menginap di rumah saya yang kebetulan berada di Jogja sebelum keberangkatan ke Magelang esoknya. Kami memeriksa kembali perlengkapan dan perbekalan yang sudah kami siapkan sebelumnya.

Hari keberangkatan pun tiba, tanggal 19 Juni 2019, sehabis sholat subuh dan sarapan kami berdua berangkat dari Jogja menuju rumah teman saya Roza di Magelang menyusul teman lain yang sudah menuggu di sana. Kami menempuh perjalanan dengan sepeda motor dan tiba pukul sembilan pagi.

Di rumah Roza kami menata ulang perbekalan dan menyewa alat pendakian seperti tenda, kompor, nesting dan lain-lain. Setelah perbekalan dan perlengkapan dirasa cukup, kami bergegas menuju Wonosobo, kota dimana basecamp pendakian Bowongso berada.

Setelah sekitar satu setengah jam perjalanan dari kota Magelang kami akhirnya sampai di basecamp pendakian Gunung Sumbing via Bowongso. Kami beristirahat sejenak sembari melakukan registrasi. Nah ada yang unik dari pendakian Sumbing via Bowongso ini.

Di sini pihak basecamp membekali para pendaki dengan bekal khusus yaitu bungkusan plastik kecil yang berisi kopi dan santan.

Konon bekal khusus ini harus dibawa dan jangan sampai hilang selama perjalanan, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Tentu sebagai pendaki kita hanyalah tamu di alam liar, maka sepatutnya kita menghormati segala peraturan yang berlaku di daerah tersebut.

Seberes menyiapkan ulang dan menata perbekalan kami pun bersiap mendaki. Kemudian datang rombongan ojek gunung yang menawari kami tumpangan hingga mendekati batas hutan atau disebut area parkiran swadas.

Setelah berdiskusi sebentar kkami pun setuju menggunakan jasa ojek guung tersebut. Biaya yang dikenai setiap pendaki sebesaar 20.000 rupiah, namun hal tersebut sangat membantu mengingat jarak basecamp dengan pos berikutnya yang cukup jauh, setidaknya kami dapat menghemat tenaga hehe...

Pendakian pun kami mulai sekitar pukul 11.00 tanjakan berbatu yang disusun menyambut langkah yang berat karena belum terbiasa mendaki gunung. Keringat bercucuran membuat saya paling sering meminta istirahat. Kami pun sampai dan beristirahat di gardu pandang yang disambut gagahnya gunung Sindoro di seberang sana. Gunung Sindoro akan menemani perjalanan kami dari basecamp hingga puncak, karena letak jalur Bowongso yang berseberangan dengan Gunung Sindoro, gunung memberikan pesona gagah dari kejauhan.

Medan pendakian berupa tanah kering (dokpri)
Medan pendakian berupa tanah kering (dokpri)

Jalur berganti menjadi medan tanah kering dan berdebu ketika kamu mulai memasuki area hutan. Cuaca cerah yang panas mulai berubah menjadi udara dingin selama berada dibawah pepohonan rindang. Meski demikian jalur pendakian yang kering membuat jalan yang kami lalui penuh dengan debu. Wajar kami memang mendaki di musim kemarau di bulan Juni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun