Mohon tunggu...
Alfiah Khasanah
Alfiah Khasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Bimbingan Konseling Islam, Universitas Al Azhar Indonesia

Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penguatan Ketahanan Keluarga melalui Pendidikan Karakter

7 Mei 2021   11:57 Diperbarui: 7 Mei 2021   12:59 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lingkungan yang paling utama dalam kehidupan ini, sejatinya berasal dari dalam keluarga. Keluarga sebagai tempat pertama yang memperkenalkan kasih sayang, moral, agama, sosial budaya, dan sebagainya. Disisi lain, keluarga juga menjadi pertahanan utama individu yang bisa mencegah berbagai pengaruh negatif dari lingkungan sosial. Pengaruh negatif ini bisa berupa pergaulan yang tidak sehat, lingkungan yang kurang bersih, jauh dari agama, terpengaruh oleh budaya yang menyimpang dari ajaran agama, dan sebagainya. Semua kondisi ini dapat dicegah dan diatasi oleh sebuah keluarga yang memiliki ketahanan yang kuat.

Ketahanan keluarga dapat diartikan sebagai kemampuan keluarga untuk mencegah atau melindungi diri dari berbagai ancaman dalam kehidupan, baik yang datang dari lingkungan keluarga atau lingkungan sosial lainnya. Tingkat ketahanan yang dimiliki keluarga, meliputi beberapa aspek yaitu 1) ketahanan fisik yang dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, pendidikan, tempat tinggal, dan kesehatan; 2) ketahanan sosial yang menitikberatkan pada nilai agama, komunikasi efektif antar anggota keluarga, dan adanya komitmen keluarga yang tinggi; 3) ketahahan psikologis yang terdiri dari usaha keluarga untuk mengendalikan emosi secara positif, mengatasi berbagai masalah, dan kepedulian antar anggota keluarga.

Penanaman ketahanan keluarga tak hanya meningkatkan komunikasi antara suami isteri, melainkan seluruh anggota keluarga juga perlu ditanamkan nilai-nilainya agar bisa menciptakan keluarga yang diinginkan.  Apabila kehidupan keluarga berlandaskan pada nilai-nilai agama, maka ketahanan keluarga yang dihasilkan memberikan efek yang baik. Seluruh kehidupan di dunia ini, tentu sudah diatur dalam Islam diantaranya memberitahukan kepada kita untuk menjaga kehormatan keluarga dan mengajarkan nilai komitmen dalam keluarga. Allah SWT berfirman dalam QS. At Tahrim ayat 6 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Ayat tersebut menunjukkan kepada kita, bahwa keluarga memiliki kewajiban untuk menghindari anggota keluarganya dari api neraka dengan mendidik anaknya menjadi anak yang saleh dan menjadikan keluarga yang menerapkan kehidupan berlandaskan nilai-nilai Islam. Saat seorang anak mencapai keberhasilan dalam hidupnya, itu karena ada dukungan dari keluarga yang sukses menghantarkannya hingga berhasil. Keberhasilan tersebut tak lepas dari peran keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi setiap anggotanya untuk menanamkan nilai-nilai religi dan sosial.

Hal tersebut sejalan dengan menanamkan nilai-nilai moral melalui delapan fungsi keluarga yaitu fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi lingkungan. Dari fungsi keluarga tersebut, penguatan ketahahan keluarga dapat direalisasikan melalui fungsi sosialisasi pendidikan yakni dengan membentuk karakter setiap anggota keluarga melalui sikap dan keteladanan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

Pembentukan karakter dan moral dalam kehidupan keluarga akan sangat memengaruhi anggota keluarganya dan anak turunannya nanti. Jika kualitas karakter dan moral keluarga itu tinggi, maka akan tinggi pula peluang keberhasilan keluarga dalam menjaga ketahanan dan menghasilkan anak-anak yang sukses. Penguatan ketahanan keluarga ini bisa melalui pendidikan karakter yang dapat meningkatkan kualitas agama, moral, dan mempersiapkan kehidupan untuk bersosilasi di masyarakat luas.

Pendidikan karakter merupakan suatu usaha untuk membentuk perilaku individu yang mengacu pada nilai-nilai moral tentang yang baik maupun buruk sebagai landasan berperilaku positif. Pendidikan karakter dalam keluarga diperlukan untuk menguatkan ketahanan moralitas setiap anggotanya yang diwujudkan dalam perilaku individu yang nampak dalam kehidupannya. Paradigma dasar pendidikan karakter dalam pemikiran Islam berangkat dari konsep fitrah yaitu pemikiran tentang asal kejadian manusia sebagai ciptaan Allah sejak lahir dengan potensi ruhaniah yang mengarah pada kebenaran. Konsep fitrah juga dikaitkan dengan pembentukan perilaku anak yang terdapat dalam hadis Rasulullah SAW, yaitu :

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Artinya : “Setiap anak yang lahir dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari-Muslim)

Menurut para pemikir Muslim, hadis ini menjelaskan bahwa anak keturunan Adam pada asal diciptakannya oleh Allah dengan ruhani yang baik, tidak menyukai kebatilan, perbuatan buruk, dan bersikap benar. Peran orang tua sangat penting terhadap perkembangan potensi fitrah yang baik bagi setiap anggota keluarganya. Selain itu, keluarga juga berperan dalam pengembangan perilaku dan karakter Islami setiap anggota keluarganya yang sejalan dengan potensi fitrahnya, sehingga hal ini menjadikan pondasi ketahanan keluarga.

Kontribusi pendidikan karakter dalam penguatan ketahanan keluarga memiliki sasaran yang hendak dicapai yaitu menjadikan manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Sasaran ini dapat dapat diperjelas melalui kualifikasi berikut 1) manusia yang fitrahnya terpelihara yaitu tergerak untuk berperilaku baik dan menjauhi larangan atau perilaku tercela bagi Allah SWT, 2) memiliki kepekaan hati nurani yang baik untuk mengontol perbuatan manusia, 3) jujur dan amanah, 4) bertanggung jawab, 5) mampu mengendalikan diri dari hal negatif, 6) memiliki semangat berjuang untuk mencapai tujuan bersama, terlebih dalam sebuah keluarga, dan 7) memiliki rasa peduli dan berbagi dengan orang lain.

Kualifikasi tersebut menjadi aspek yang penting untuk meningkatkan relasi yang baik dengan orang lain. Jika kualifikasi tersebut diterapkan dalam keluarga, dapat membangun kolaborasi untuk mewujudkan kepentingan bersama. Pembentukan karakter dalam keluarga tersebut diharapkan mampu berfungsi untuk mengisi ruang batin setiap anggota keluarga. Kelekatan fisik batin ini antar anggota keluarga yaitu ibu, bapak, dan anak akan mampu membentengi diri untuk tidak melakukan perilaku tercela, menghindari perselisihan, karena memiliki tempat mengadu atau bercerita pada sesama anggota keluarga ketika menghadapi berbagai masalah.

Saat keluarga berada dalam suatu masalah, tentu menimbulkan berbagai kegaduhan di dalamnya. Hal inilah yang menjadikan pendidikan karakter sebagai upaya penguatan ketahanan keluarga. Karakter tidak begitu saja berkembang dengan sendirinya, melalui berbagai pengalaman, cobaan, dan proses seseorang menghadapi masalah dalam hidupnya itulah yang menjadi penguatnya. Pendidikan karakter ini tak terbatas pada waktu, melainkan terus dilakukan sepanjang hayat melalui pengalaman sehari-hari. Peranan orang tua juga menjadi pilar utama dalam pembentukan karakter bagi anak maupun anggota keluarga lainnya. Dengan modal dasar karakter yang kuat ini, akan menghantarkan setiap anggota keluarga untuk menjalani kehidupan di lingkungan sosialnya.

Adanya penanaman pendidikan karakter dalam keluarga menjadi sebuah ikhtiar untuk memperkuat ketahahan keluarga. Jika setiap anggota keluarga terutama anak memiliki benteng pendidikan karakter yang kuat dan memiliki jiwa yang religius, maka berjalannya kehidupan akan terasa damai dan sejahtera. Hal ini disebabkan dalam penanaman pendidikan karakter terdapat nilai-nilai agama yang sangat berguna untuk kehidupan. Jika setiap anggota keluarga mempunyai akhlak yang baik, saling menyayangi dan memahami, semua kebutuhannya tercukupi, serta implikasi pada nilai-nilai agama dijalankan dengan baik maka ketahanan keluarga akan tercipta di dalamnya.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2016. "Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016". Jakarta : CV. Lintas Khatulistiwa.

Djamas, Nurhayati. 2017. "Pendidikan Karakter, Masalah Ketahanan Keluarga dan Masyarakat". Bekasi : PT. Penjuru Ilmu Sejati.

Mahmudah, Nurul. 2020. "Tiga Pilar Ketahanan Keluarga". [online]. Tersedia di :  https://mui.or.id/bimbingan-syariah/hukum-keluarga/28536/tiga-pilar-ketahanan-keluarga/. Diakses pada tanggal 3 Mei 2021.

Supriyono, et.al. 2015. "Pendidikan Keluarga dalam Pembentukan Karakter Bangsa". Jakarta : Kemendikbud, Dirjen. PAUD dan Pendidikan Masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun