Mohon tunggu...
Nur Alfia Ekawati
Nur Alfia Ekawati Mohon Tunggu... Guru - A teacher, a writer, a translator, a book lover

2006 - sekarang (English Teacher, Writer, and English Translator) 2005 (English Tutor in Primagama) 2002 - 2014 (English Instructor in IEC Malang)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Gerakan Literasi Sekolah, Antara Harapan dan Realita

15 Oktober 2020   19:35 Diperbarui: 19 Oktober 2020   05:37 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku-buku (dok. pribadi)

Gerakan Literasi Sekolah yang merupakan bagian dari Gerakan Literasi Nasional membutuhkan kerja sama dan sinergi yang saling menguatkan dari berbagai komponen, di antaranya adalah masyarakat dan keluarga. 

Masyarakat dan keluarga haruslah turut memberi andil dalam terciptanya ekosistem yang literat. Namun faktanya, sekolah seolah berjalan sendiri. Masih belum nampak kerjasama dan sinergi yang saling menguatkan antara ketiga komponen ini. 

Di beberapa daerah dengan budaya literasi cukup tinggi seperti Sumatera dan Sulawesi, gerakan literasi di masyarakat sudah mulai menggeliat, namun masih minim di banyak daerah lainnya. 

Sementara itu, gerakan literasi dalam keluarga masih belum menemukan bentuk. Belum nampak terobosan yang dilakukan pegiat literasi maupun pemerintah untuk menumbuhkan budaya literasi dalam keluarga.

Berbagai upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan minat baca pada anak tentunya harus mengakomodir potensi yang dimiliki oleh anak tersebut. Sejak kecil, anak-anak memiliki kecenderungan untuk menyukai buku.

Hal ini bisa dilihat dengan antusiasme anak saat menemukan buku baru, saat diajak ke toko buku, dan bahkan saat dia mengeksplorasi buku dengan mencorat-coret atau merobek isinya. Kebanyakan anak juga menyenangi buku bergambar dan komik.

Kecenderungan yang alami ini seharusnya dipupuk dan dirangsang sehingga minat bacanya akan meningkat dan pilihan bukunya pun semakin beragam dan berkualitas. 

Kenyataannya, potensi yang luar biasa itu terpaksa harus terkubur. Pilihan buku yang tersedia di lingkungannya hanya itu-itu saja. Maka tidaklah heran, semakin dia dewasa semakin jauhlah dia dari buku, karena antusiasmenya untuk membaca sesuatu yang baru dan menarik tidak pernah terpenuhi.

Beratnya tantangan yang kita hadapi untuk menumbuhkan minat baca dan menulis harus menjadi cambuk supaya kita lebih serius menyukseskan Gerakan Literasi. Tentunya sekolah tidak bisa melakukannya sendiri. 

Kerjasama antara berbagai pihak sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program ini. Itu artinya, harus ada mindset yang sama dan gerak yang searah dari berbagai komponen untuk mencapai satu tujuan.

Marilah kita belajar dari Jepang. Di awal usahanya untuk menumbuhkan minat baca masyarakatnya, pemerintah Jepang sangat serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun