Mohon tunggu...
Alfi RahmadanilIslami
Alfi RahmadanilIslami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Institut Agama Islam Syarifuddin

Hajimemasite :D

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Santri Rantau PonPes Kyai Syarifuddin-Lumajang

13 Desember 2022   09:26 Diperbarui: 13 Desember 2022   09:53 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
santri-santri rantau PPs Kyai Syarifuddin, dokpri

Menjadi santri rantauan bukanlah hal yang mudah, dimana kita harus memantapkan dan menyiapkan hati dan mental yang kuat terlebih dahulu. Selain harus siap untuk jauh dari orang tua, siap untuk tidak bertemu orang tua dan siap untuk tidak dikunjungi juga harus siap untuk menahan rindu yang panjang. Di pondok Kyai Syarifuddin banyak santri-santri rantauan yang berasal dari berbagai daerah, seperti dari Bawean, Riau, Batam, Jogjakarta, Kalimantan bahkan ada juga yang dari Papua. Mereka sungguh keren, mereka yang dibukakan hatinya oleh Allah SWT. Untuk siap mencari ilmu, hingga rela mengorbankan dirinya untuk jauh dengan orang-orang yang mereka cintai, terutama orang tua mereka.

“Awalnya sih sulit untuk jauh dari orang tua, tapi lama-kelamaan, setelah sudah terbiasa, malah jadi enak sih. Karena bisa mandiri dan jadi terbiasa mandiri.” Ujar Khairun Nisa’ santri sekaligus mahasiswi IAIS yang sedang berjuang dengan skripsinya, berasal dari pulau Bawean. Terkadang memang jaraklah yang menjadi halangan, tapi tak menjadikannya alasan untuk anak yang memang benar-benar niat dan memiliki tekad kuat dalam mencari ilmu.

“Ketika memang benar-benar niat untuk mencari ilmu, dimanapun tempatnya, sejauh apapun jaraknya, tak menjadi masalah untuk tholabul ‘ilmi.” Ujar Innama Marisa santri sekaligus mahasiswi KPI yang berasal dari Riau Sumatra. Hingga ada pepatah yang mengatakan “Kejarlah ilmu sampai ke negri Cina.” Dari sana bisa dilihat betapa pentingnya orang yang mencari ilmu, bahkan ada yang mengatakan,

                                                                               ومن لم يذق مر التعلم ساعة تجرع ذل الجهل طول حياته

“Barang siapa yang tidak merasakan pahit getirnya belajar walau sesaat, maka ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.”

Sebegitu pentingnya tholabul ‘ilmi, hingga dikatakan yang tidak pernah merasakan belajar, akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya. Maka bersyukurlah untuk yang sekarang sedang nyantri, karena santri itu keren, mampu dalam 2 hal yaitu ilmu keagamaan dan ilmu umum. Khususnya yang sedang nyantri di Ponpes Kyai Syarifuddin.

Selain dari kawan-kawan yang bertempat tinggal jauh yang nyantri di pondok Syarifuddin. Ada juga beberapa santri Syarifuddin sendiri yang merantau ke luar negeri untuk melanjutkan tholabul ‘ilmi, seperti teman santri kembar Mefina Mefani yang mendapatkan beasiswa ke Al Azhar Cairo Mesir, dan masih banyak teman santri lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun