Mohon tunggu...
Alfaza Fara
Alfaza Fara Mohon Tunggu... -

just simple

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Beruang Cokelat

4 Januari 2018   00:02 Diperbarui: 4 Januari 2018   01:08 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kok bisa sama Putri?" 

"Waktu itu dia minta boneka, jadi aku kasih aja."

Lalu, aku melihat si Beruang perlahan-lahan terbakar. Satu persatu bagian tubuhnya dijilat api, kemudian lebur. Hingga dia habis bersama sampah-sampah lainnya dan hanya menyisakan debu hitam. 

Tahun berlalu dan aku telah berganti status menjadi mahasiswa. Hobiku mengoleksi boneka tak kunjung sirna. Bedanya, kini aku membeli boneka itu dengan uang jajan atau dengan uang hasil bekerja paruh waktu menjaga stand pameran.

Hari itu, aku menimang Aldhy, si Polar Bear. Dia baru saja aku miliki hasil menebus dari SPG Door to Door. Aku jatuh cinta padanya sejak pertama melihat. Saat Mbak SPG menawarkan, tak ada negosiasi harga, tak ada penawaran dua kali. Aku langsung mengeluarkan uang dan membayarnya, cash. 

Sambil memakaikan baju bayi pada Aldhy yang berwarna putih, Mami mengajakku bercerita. Kali ini tentang boneka-boneka yang aku miliki beserta sejarahnya. Berkali-kali kami tertawa saat kembali mengingat perjuangan mendapatkan boneka-boneka itu. Dan tawaku terhenti saat Mami bercerita tentang si Beruang.

"Mami dapet polanya dari majalah," kata Mami.

"Bikin?" tanyaku, nyaris tak percaya.

"Iya, bikinnya susah."

Seketika itu juga aku kelu. Apa yang bisa aku katakan lagi saat aku tahu Mami susah payah membuat boneka itu tapi aku malah memberikannya pada sepupu dan berakhir di tempat pembakaran sampah? Pantas saja si Beruang sudah ada sejak aku menyadari dunia ini. Dia ada lebih dulu dibanding aku. Dia ada untuk merayakan kelahiranku.

Sampai sekarang, sesalku masih tak terhingga tiap kali mengingat si Beruang. Berapapun banyak dan bagusnya bonekaku, tak ada yang sanggup menggantikan dia, dia yang sudah aku sia-siakan karena bentuknya yang berbeda. Si Beruang memang hanya boneka biasa, tapi di baliknya ada cerita luar biasa. Entah harus seperti apa lagi aku menghilangkan sesak yang menggunung ini, dan tak pernah bisa larut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun