Mohon tunggu...
Suryana Alfathah
Suryana Alfathah Mohon Tunggu... Freelancer - Santrizen Millenial

Kaum rebahan ras terkuat kedua di bumi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna Hari Santri Nasional di Era Millenial

23 Oktober 2021   09:34 Diperbarui: 23 Oktober 2021   09:43 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi @dzul_jahli

Bulan Oktober merupakan bulan yang ramai. Apalagi pada tahun ini, banyak sekali peringatan hari-hari besar nasional. Tanggal 19 kemarin, umat Islam merayakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tak hanya itu saja, tiga hari setelahnya tepatnya pada 22 Oktober 2021, seluruh umat Islam juga memperingati Hari Santri Nasional. Yah, sebuah penghargaan dari pemerintah Indonesia kepada kaum intelektualis agamis yang ikut berpartisipasi dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonensia, santri.

Hari santri merupakan bentuk kesadaran pemerintah akan pentingnya peran santri dan kyai demi menjaga utuhnya NKRI. Jika kembali melihat sejarah, perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah sangatlah panjang dan penuh derita. Jika saja rakyat tidak pernah bersatu, entah apa jadinya negara kita ini. Atau bahkan kita bukanlah sebuah negara independen. Makanya, Soekarno menanyakan perihal bagaimana hukum membela negara kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari. Mbah Hasyim yang saat itu merupakan seorang ulama yang kharismatik dan menanamkan jiwa nasionalis kepada para santrinya mengatakan dengan mantap bahwa membela tanah air hukumnya wajib.

Akhirnya lahirlah resolusi jihad yang didukung oleh segenap jajaran ulama pada 22 Oktober 1945 yang pada tahun 2015 ditetapkan dengan Hari Santri Nasional. Dampak dari resolusi jihad membakar api semangat perjuangan di kalangan kyai dan santri. Maka pecahlah peperangan dahsyat pada 10 November 1945 di Surabaya. Seluruh kalangan masyarakat termasuk juga para santri ikut membela tanah air. Ditambah dengan kobaran semangat yang berapi-api dari pidato nya Bung Tomo, seluruh tentara Inggris yang menyerang pun tidak menyangka akan diberikan perlawanan yang se agresif dan dahsyat ini. Mereka pun akhirnya terpaksa mundur. Maka 10 November ditetapkan sebagai hari pahlawan nasional.

Perjuangan santri zaman dulu sangatlah berat. Karena mereka hidup pada masa penjajahan asing. Sehingga mereka mesti ikut membela tanah air tercinta. Namun bagaimana dengan perjuangan santri di masa kini? Apalagi masa kini bukanlah zamannya penjajahan dan peperangan memperebutkan wilayah tertentu. Yah, justru perjuangan santri masa kini lebih berat. Teringat ucapan Soekarno, "Perjuangan kami berat, karena melawan penjajah asing. Tetapi perjuangan generasi selanjutnya akan lebih berat, karena melawan bangsa nya sendiri". Hal ini didukung dengan pesatnya perkembangan teknologi. Perjuangan santri masa kini adalah melawan penjajahanan moral dan akhlak yang dilakukan oleh budaya asing.

Santri masa kini atau sering disebut santri millennial, hendaknya ikut melek teknologi. Karena media sosial sudah jadi bagian dari kehidupan manusia masa kini, mau tidak mau santri pun harus bisa beradaptasi. Jangan sampai media sosial menjadi hambatan santri untuk dakwah dan syiar kebaikan. Justru media sosial bisa menjadi wadah santri sebagai media menyampaikan dakwah. Karena inilah bentuk perjuangan santri di era teknologi.

Jangan lupa juga esensi dan substansi seorang santri, yaitu mengaji. Santri harus bisa beradaptasi, menyampaikan kebaikan dan kebenaran kepada masyarakat. Oleh karena itu mengaji merupakan suatu hal yang sangat penting. Tanpa mengaji bagaimana seorang santri mempunyai ilmu yang mumpuni untuk bisa beradaptasi? Guru saya sering berkata, "Jangan hanya mengucapkan Hari Santri, tapi juga harus ngaji! Karena hakikatnya seorang santri ya mengaji". Nah, oleh karena itu, dua variabel ini (mengaji dan adaptasi) diperlukan untuk membangun negeri yang lebih baik lagi. Indonesia lebih nyantri!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun