Maulid Nabi merupakan momentum peringatan lahirnya suri tauladan dan sosok rahmat alam semesta yaitu Nabi Muhammad SAW. Peringatan Maulid tidaklah hanya sebuah perayaan Hari Besar Islam biasa yang diisi dengan tradisi Tabligh Akbar dan pengajian-pengajian saja.Â
Akan tetapi lebih dari itu, Maulid Nabi adalah sebuah refleksi diri terhadap fitrah manusia hidup di dunia dan juga sebagai ungkapan rasa cinta yang murni kepada sang Musthafa Muhammad SAW.
Sebagai ungkapan rasa cinta dan bahagia terhadap lahirnya Nabi tentu saja memberikan dampak yang sangat besar kepada kita umat manusia. Karena Nabi adalah kekasih Allah, maka mencintai Nabi SAW juga berarti mencintai Allah SAW.Â
Jangankan kita yang selaku umat muslim, mereka yang tidak beriman dan mengingkari Nabi, mendapat berkah atas rasa bahagia ketika kelahiran Nabi. Contohnya adalah paman Nabi sendiri yaitu Abu Lahab.
Abu Lahab merupakan orang yang sangat menentang dakwah Nabi walaupun termasuk keluarga Nabi sendiri. Ini menunjukkan perjuangan dakwah Nabi begitu berat karena mendapat tekanan juga dari kalangan keluarga sendiri.Â
Karena sangat ingkarnya Abu Lahab, Allah mengabadikan kisahnya dalam Al-Qur'an, dimana ia akan disiksa oleh api neraka supaya menjadi pelajaran bagi mereka yang mengingkari Nabi. Namun, Abu Lahab yang sangat ingkar itu pun mendapat hadiah karena sewaktu Nabi lahir, ia sangat bahagia dan bersuka cita.
Pada hari senin 12 Rabiul Awwal, seorang budak Abu Lahab yaitu Tsuwaibah Al Aslamiyah mendatanginya dan memberikan kabar gembira bahwa Siti Aminah telah melahirkan.Â
Abu Lahab sangat bahagia mendengar kabar tersebut, kemudian saking bahagianya, ia pun memerdekakan Tsuwaibah dan menghadiahi nya kepada Siti Aminah.Â
Tsuwaibah inilah yang kelak menjadi salah satu perempuan yang menyusui Nabi. Karena perasaan senang inilah menurut riwayat Abu Lahab mendapat keringanan siksa kubur dan mendapat minum setiap hari senin.
Hikmahnya, untuk seseorang yang menentang Nabi pun "kecipratan" berkah karena rasa senang atas kelahiran Nabi. Nah, bagaimana dengan kita sebagai umatnya?Â
Seharusnya lebih antusias dan bersuka cita supaya kita mendapat syafa'at dan pertolongan Nabi di hari kiamat nanti. Karena tak ada satupun orang yang rela menolong kita di hari akhir nanti, mereka akan sibuk memikirkan diri mereka sendiri. Terkecuali satu orang, yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW. Bahkan menjelang wafat pun beliau masih saja khawatir terhadap nasib umatnya dengan menyebut, "umatii.." beberapa kali. Maka sudah sepantasnya kita mencintai dan meneladani sosok yang sejak dahulu telah menyayangi dan mencintai kita apa adanya.
Sebagai refleksi diri berarti peringatan Maulid Nabi ini menjadi sebuah pelajaran suri tauladan yang sangat agung. Dimana kita sebagai manusia fitrahnya adalah seorang hamba yang lemah di hadapan Allah. Sehingga dengan memahami esensi Maulid Nabi dapat memberikan kesadaran bahwa tujuan hidup kita hanyalah beribadah kepada Allah dengan cara menjalani hidup seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW agar hidup manusia mendapat kebahagiaan yang hakiki di dunia maupun di akhirat kelak. Shollu 'Alan Nabi!