Mohon tunggu...
Suryana Alfathah
Suryana Alfathah Mohon Tunggu... Freelancer - Santrizen Millenial

Kaum rebahan ras terkuat kedua di bumi

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Review Novel Hypnotic Killer: Pembunuhan lewat Tulisan

7 September 2021   18:33 Diperbarui: 9 September 2021   09:12 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Judul: Hypnotic Killer
Penulis: Eko Hartono
Penerbit: Elex Media Komputindo
Jumlah Halaman: 236 hlm
ISBN: 978-602-02-7004-3

Sinopsis
Wahyu membeli sebuah mesin ketik kuno yang disebut-sebut peninggalan seorang penulis terkenal. Entah kenapa, dengan mesin ketik tersebut, Wahyu berhasil menyelesaikan cerpen-cerpen misteri yang luar biasa.

Sementara itu kematian demi kematian terjadi secara misterius hanya berselang satu pekan. Safira, sang Gadis Diskotik mati mengenaskan di rumah kontrakannya. Rahmad, seorang guru, mati dipatok ular berbisa. Lalu Wardoyo, pemilik kafe, mati ditikam pisau.

Polisi kesulitan mengungkap pelakunya karena tidak adanya sidik jari dan jejak serta saksi mata. Hanya ada satu petunjuk, yakni kesamaan kronologi ketiga kejadian pembunuhan itu dengan sebuah cerpen misteri yang ditulis oleh Wahyu. Apakah Wahyu pelakunya?

Review Singkat
Kesan pertama ketika melihat cover dan membaca sinopsisnya, kalian pasti berpikir ceritanya akan se "dark" apa, dan se kelam apa. Namun sepertinya kalian harus menurunkan ekspektasi itu. Novel ini bisa dibilang sangat "ringan" untuk sebuah cerita genre criminal thriller. Kalau melihat jalan cerita, saya jadi teringat manga/anime Death Note yang ceritanya mirip, yaitu membunuh lewat tulisan. 

Yah meskipun teknis dan konsepnya beda jauh. Kalau Death Note dengan menuliskan nama lalu cara matinya, kalau Hypnotic Killer membunuh lewat Cerpen yang justru lebih detail menggambarkan pembunuhannya. Walaupun tak sesuai ekspektasi, saya masih tetap merekomendasikan buku ini untuk kalian, karena untuk menghargai para penulis lokal yang telah membawa dan mengangkat genre seperti ini yang sangat jarang sekali diminati.

Novel ini menceritakan Wahyu, seorang mahasiswa psikologi semester 7 yang bercita cita menjadi penulis terkenal. Setiap Minggu ia menulis cerpen dan dikirimkan ke sebuah redaksi bernama Metropolitan Pos di dekat kampusnya. Namun naas, naskah nya pun ditolak mentah-mentah padahal belum pernah dibaca sama sekali. 

Namun semua nya berubah setelah ia membeli sebuah mesik ketik kuno yang katanya bekas dipakai oleh penulis terkenal. Akhirnya ia menulis kisah pembunuhan yang entah kenapa menjadi kenyataan. Latar waktu, setting tempat, kronologi dan nama nya sama persis. Apa Wahyu ada kaitannya dengan semua ini?

Penokohan dalam cerita ini menurut saya agak kurang pas. Entah kenapa untuk Wahyu yang seorang Mahasiswa Semester 7, apalagi jurusan psikologi dibuat terasa sangat polos dan lugu. Ketika membayangkan suasana kampus dan teman-temannya pun yang ada di imajinasi saya justru suasana sekolah SMA. Tidak pas untuk suasana sebuah kampus besar. Itu yang saya sayangkan selama membaca.

Terlepas daripada itu, suasana mencekam dalam novel ini cukup terasa. Apalagi pembunuhan-pembunuhan yang digambarkan lumayan sadis. Gaya bahasanya pun cukup enak diikuti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun