Mohon tunggu...
Suryana Alfathah
Suryana Alfathah Mohon Tunggu... Freelancer - Santrizen Millenial

Kaum rebahan ras terkuat kedua di bumi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Review Novel Misteri Patung Garam: Psikopat yang Artistik!

16 Agustus 2021   12:29 Diperbarui: 25 Februari 2022   18:29 1736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Judul: Misteri Patung Garam
Penulis: Ruwi Meita
Penerbit: Gagas Media
Jumlah Halaman: 276
ISBN: 978-979-780-786-3

Sinopsis
Dia sangat sadis. Dan, dia masih berkeliaran.
Seorang pianis ditemukan mati, terduduk di depan pianonya, dengan bibir terjahit, bola matanya dirusak, meninggalkan lubang hitam yang amat mengerikan. Rambut palsu merah panjang menutupi kepalanya. Sementara, otak dan organ-organ tubuhnya telah dikeluarkan secara paksa.
Kulitnya memucat seputih garam. Bukan, bukan seputih garam. Tapi, seluruh tubuh sang pianis itu benar-benar dilumuri adonan garam.
Kiri Lamari, penyidik kasus ini, terus menerus dihantui lubang hitam mata sang pianis. Mata yang seakan meminta pertolongan sambil terus bertanya, kenapa aku mati? Mata yang mengingatkan Kiri Lamari akan matai bunya. Yang juga ia temukan tak bernyawa puluhan tahun lalu.
Garam? Kenapa garam?
Kiri Lamari belum menemukan jawabannya. Sementara mayat tanpa organ yang dilumuri garam telah ditemukan kembali.
Dia sangat sadis. Dan, dia masih berkeliaran.

Review Singkat
"Darah itu mengingatkan akan dosa. Namun, ia juga bisa membasuh dosa. Seharusnya, kamu tidak berbuat dosa, perempuan bodoh. Jangan melihat ke belakang. Jangan terpikat pada dosa." -- Lavendel hal 51

Sudah lama saya mencari novel ini. Namun novel ini sangat sulit dicari sekarang. Tetapi untungnya saya berkesempatan untuk membacanya ketika menemukan buku ini di salah satu toko di Online Shop. Misteri Patung Garam ditulis oleh Mba Ruwi Meita yang terkenal sebagai penulis dengan genre Misteri, Psycho dan Thriller nya. 

Tak banyak penulis Indonesia yang mengusungkan tema tersebut. Ini merupakan gebrakan baru untuk karya sastra dan literasi di Indonesia. Semoga kedepannya banyak bermunculan penulis asal Indonesia yang mengangkat tema seperti ini.

Patung Garam merupakan novel kedua mba Ruwi Meita yang saya baca. Yah karena mencari buku ini cukup sulit. Jadi saya membaca karya mba Ruwi yang lainnya. Waktu itu saya membaca Carmine, novel psycho-thriller tentang patriarki. Dan itu membuat saya jadi menyukai genre psycho-thriller.

Oke, balik ke review. Novel ini menceritakan tentang kasus pembunuhan yang sangat sadis. Telah digambarkan bagaimana kesadisan itu dalam sinopsis diatas ya. Kemudian sang tokoh utama, Kiri Lamari cukup sentral dalam cerita ini. 

Dia polisi yang karirnya sedang naik karena sebelumnya telah menyelesaikan kasus "Segitiga Biru" yang sulit dipecahkan, namun karena bertemu dengan teman masa sekolahnya dulu, Kenes, kasusnya pun selesai dan pelaku berhasil ditangkap. 

Setelah pertemuan itu, mereka pun akhirnya menjalin hubungan sampai saat ini. Kemudian ada Ireng, anak jalanan yang profesinya menjadi pencopet. Tingkahnya konyol namun cerdas. D

engan kehadiran Ireng dalam cerita ini, dapat mengurangi nuansa horror yang disajikan. Lalu ada polisi rekan Kiri yang menemani menyelesaikan kasus ini, Inspektur Saut dengan umpatan "Kampret Rebusnya" membuat penyelidikan mereka menjadi tidak terlalu kelam dan menegangkan. Tetapi tetap saja ketegangan dan seramnya susana khas Mba Ruwi masih tersaji hingga akhir cerita.

Psikopat yang Artistik! Begitulah julukan si Pembunuh Berantai ini. Cukup sadis memang karena korban sampai dibuang organ dalamnya, kemudian korban di mumifikasi dengan menggunakan garam sehingga menjadi patung garam. 

Konflik si antagonis utama disini ternyata cukup kelam juga dengan ibunya dan saudaranya. Memang ya, orang yang psikopat pasti memiliki hal yang menjadi sebab dia menjadi psikopat. Entah karena lingkungan keluarga maupun lingkungan bermasyarakat. Yang menarik adalah filosofi garam dan kisah Nabi Luth lah yang menjadi dasar si Psikopat ini untuk membunuh.

Konflik yang disajikan dalam novel ini secara garis besar ada tiga, yaitu kasus patung garam, konflik Kiri dengan orang tuanya dan juga tersaji konflik naik turunnya hubungan Kiri dengan Kenes. Kalau dipikir-pikir sebenarnya ada persamaan antara si Kiri dengan si Psikopat Itu. Benar ungkapan yang mengatakan bahwa Harta yang paling berharga adalah Keluarga. Karena semua berawal dari sana. Banyak kepribadian yang lahir dari sana yang akan menentukan bagaimana seseorang hidup kedepannya.

Ratingnya 8/10 dari saya karena novel ini terasa agak kurang. Bukan berarti saya tidak menyukainya, hanya saja setelah selesai membaca rasanya tidak terlalu memberikan efek suspense yang berarti. 

Mungkin karena sebelumnya saya sudah membaca novel thriller yang lebih kelam (Carmine, Katarsis dan Dua Dini Hari adalah contoh versi yang lebih berat yang saya baca) hingga Misteri Patung Garam terasa lebih ringan. 

Selepas daripada itu, novel ini tetap direkomendasi untuk dibaca. Karena ada plot twist yang menarik di akhir cerita. Lalu ada tambahan epilog yang membuat kalian pasti bertanya -- tanya. Lagipula buku ini tidak terlalu tebal sehingga sekali duduk pun kita bisa menyelesaikannya. Selamat Membaca!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun