Mohon tunggu...
Achmad faizal
Achmad faizal Mohon Tunggu... -

Sosiologi Universitas Hasanuddin. Dapat berkorespondensi melalui achmadfaizalxxx@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cantik itu Luka, Jelek itu Nestapa

30 November 2017   00:05 Diperbarui: 4 Desember 2017   03:14 2219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : theenlightenedminds.wordpress.com

Apa itu cantik? Apa itu jelek? Standar paras cantik dan jelek itu seperti apa ? Bagaimana mengukur kecantikan dan kejelakan paras seseorang ? Apakah definisi kecantikan dan kejelekan itu bersifat universal ataukah hanya partikular ?. Mungkin demikianlah deretan pertanyaan mendasar yang terlintas di benak pikiran orang - orang yang telah melampui kesadaran materialnya. Maka dari itu, mari kita mencoba menelanjangi atau membedah konsep kecantikan yang selama ini jamak dipahami.  

Mendeskripsikan paras yang cantik tentunya memuat unsur relatifisme makna di dalamnya sebab ia sangat tergantung kepada selera individu yang menikmatinya. Namun untuk standar kaum Adam di Indonesia atau pada umumnya di Asia, indikator wanita cantik selalu disandingkan dengan variabel kulit putih, tubuh langsing nan tinggi semampai serta rambut lurus terurai. Yah kira- kira gambarannya seperti Natasha Wilona, Raline Syah atau boleh juga Hanna Annisa. Meskipun variabel tersebut masih umum, tetapi dalam perkembangan kesadaran masyarakat kiwari dalam memaknai cantik fisik itu seperti apa, maka paling tidak terdapat 2 tipologi cantik yakni cantik alami dan cantik kimiawi.

Cantik alami adalah akumulasi dari berbagai variabel diatas seperti kulit putih (tanpa pemutih), tubuh langsing nan tinggi semampai (bukan kurus tak berisi) serta rambut lurus terurai. Sehingga  secara sederhana dapat disimpulkan bahwa semakin banyak variabel - variabel tersebut yang melekat pada tubuh wanita maka semakin "sempurna"lah ia sebagai seorang wanita. Kemudian bagaimana dengan wanita yang berhijab ?.

Untuk wanita berhijab, kita perlu strategi khusus untuk menyingkap apakah fisiknya cantik atau tidak dan itu sangat bergantung pada "kelas iman" yang mereka tempati. Kelas iman pertama kira - kira diisi oleh mereka yang berhijab ala Rina Nose (bongkar -- pasang semaunya). Lalu kelas iman kedua diisi oleh wanita -- wanita ala "jilboobs". Adapun untuk kelas pertama dan kedua ini, yah masih relatif mudahlah untuk menjustifikasi apakah ia cantik atau tidak. Sebab tiap lekuk tubuh dan wajahnya masih mudah diakses oleh panca indera. Namun yang sulit kemudian adalah kelas hijab syar'i yang mana hampir setiap lekukan tubuh dan wajahnya tertutupi oleh kain hijab. Maka tidak ada jalan yang terbaik untuk menyingkap kecantikan fisik wanita berhijab syar'i selain dengan meniti jalan ta'arufan (dan kalau cocok lanjutkan ke pernikahan).

Cantik alami pada hakikatnya adalah buah kerjasama yang apik antara kedua orang tuanya atau sederhananya adalah ia cantik karena anugerah genetis yang diperoleh dari keturunannya. Oleh sebab itu, bagi wanita yang mendapat anugerah kecantikan alami itu relatif mudah diidentifikasi (sekaligus diproteksi ) sejak mereka masih usia dini. Jika diusia kanak - kanak saja telah tersingkap kecantikan parasnya, maka dapat diproyeksikan bagaimana paras kecantikannya tatkala ia telah tumbuh dewasa. Yah kira - kira seperti paras dek Jessica Anastasya yang layak disebut sebagai contoh disini sekaligus menutup akhir paragraf ini.

Untuk sampel komunalnya, Indonesia memiliki berbagai daerah khusus penghasil wanita cantik alami seperti Tondano, Tomohon, Minahasa, dan Manado atau anda juga dapat mampir "bermain" ke pemukiman suku Tolaki di Kendari. Saking mudahnya berjumpa dengan wanita cantik di daerah tersebut, baik wanita yang masih "kecil" maupun yang sudah "besar", konon bagi penderita penyakit mata seperti minus atau rabun senja seketika dapat normal kembali tatkala ia telah berkunjung kesana.

Lalu bagaimana dengan cantik kimiawi ?. Ia pada dasarnya adalah citra kecantikan yang dihasilkan dari proses persenyawaan bahan - bahan kimia. Adapun cantik kimiawi yang dimaksud adalah penggunanaan produk -produk industri kecantikan dan pakaian seperti peralatan kosmetik, baju, sepatu, hijab dan berbagai aksesoris lainnya. Sehingga tak jarang kita menyaksikan ada wanita akan terlihat cantik apabila telah menggunakan make-up,mengenakan model pakaian tertentu, sepatu tertentu atau hijab tertentu misalnya. Sebab variabel - variabel tersebutlah yang sejatinya memanipulasi "kekurangan" pada fisik tubuh dan memancarkan citra cantik pada tubuh wanita tersebut.

Demikianlah potret wanita yang cantik dari polesan bahan kimiawi. Lantas bagaimana dengan wanita yang berparas jelek ?. Dalam kacamata pria - pria Indonesia, paras jelek selalu diasosiasikan dengan variabel kulit cokelat gelap atau berwarna sawo gosong, rambut keriting berombak, tubuh pendek dan gempal serta struktur wajah yang asimetris. Tanpa bermaksud rasis dan menafikkan adanya berbagai kelompok suku di Indonesia terutama bagian timur yang memenuhi beberapa indikator tersebut,

Kemudian hal yang menjadikan konsep jelek itu unik adalah ia ternyata tidak mengenal pendikotomian konsep antara jelek alami maupun jelek kimiawi. Jelek itu tunggal dan mutlak adanya tetapi memiliki gradasi atau tingkatan wujud mulai dari "jelek sekali" hingga "sangat jelek sekali". Tetapi terlepas dari itu semua, saya masih memegang teguh prinsip lama tentang konsep wanita bahwa pada hakikatnya tidak ada yang namanya wanita jelek di dunia ini, yang ada hanya "lain - lain" dipandang.

Lagi -lagi tulisan ini hanya meretas konsep kecantikan secara fisik semata yang mana definisinya sangat relatif tergantung konstruksi sosial yang melatarinya. Misalnya konsep kecantikan fisik pada suku Surma dan Mursi di Ethiopia. Indikator cantik menurut mereka adalah perempuan yang mampu memasukkan piringan (terbuat dari clay) di bagian bibir mereka, semakin lebar semakin cantik. Lain lagi bagi suku Kayan di Myanmar. Indikator kecantikan fisik mereka adalah dengan memiliki leher yang panjang sehingga sejak kecil leher para perempuan dipakaikan kalung besi dan ditambah setiap tahunnya. Kemudian pria - pria di Afrika lebih tertarik pada wanita yang gemuk, sebab selain cantik, semakin ia gemuk menandakan semakin ia sejahtera.

Cantik dalam Kubangan Eksploitasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun