Mohon tunggu...
Alfa Riezie
Alfa Riezie Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang yang suka ihi uhu

Muhammad Alfariezie, nama yang memiliki arti sebagai Kesatria Paling Mulia. Semua itu sudah ada yang mengatur. Siapakah dan di manakah sesuatu itu? Di dalam perasaan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Relevansi Pancasila di Kalangan Milenial

2 Juli 2021   02:33 Diperbarui: 2 Juli 2021   02:37 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Karyono Wibowo menjelaskan kembali relevansi pancasila sebagai nilai yang hidup di kalangan millenial saat ini. Menurutnya, De-Ideologisasi pancasila sebagai dasar negara terjadi saat masa reformasi, Selasa (22/6).

Hal tersebut ia sampaikan saat Webinar bersama REPDEM PDI Perjuangan, Senin (21/6).

"Saya ingin mengingatkan kita semua, ada proses De-Ideologisasi Pancasila. Dalam proses De-Ideologisasi Pancasila dan juga pada ajaran Sukarno. Sejak orde baru hingga reformasi, bisa kita lihat," kata Karyono Wibowo dalam pemaparannya, Senin (21/6).

Dia kembali menjelaskan, di era reformasi ada proses penghapusan sosialisasi Pancasila. Yang terjadi di era reformasi tahun 98-99, TAP MPR No.II/MPR/1978, Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panca Sila (P4) dicabut.

"Terlepas dari kontroversinya, terlepas dari konten terkait dengan P4. Faktanya reformasi menghasilkan pencabutan TAP MPR No. II tahun 78," tuturnya.

Selain itu, imbuh Karyono, Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panca Sila (BP-7) dibubarkan dan juga Mata Pelajaran Panca Sila sebagai Mata Pelajaran Pokok di Sekolah dan Perguruan Tinggi dihapus.

"Ini konsekuensi dari reformasi yang membuahkan hasil terhadap proses amandemen Undang-undang Dasar 45. TAP MPR dicabut kemudian BP-7 dibubarkan. Lalu apa yang terjadi, negara absen selama puluhan tahun. Akhir dari itu, tafsir pancasila diserahkan pada mekanisme pasar," tambah Karyono Wibowo yang akrab dipanggil Mas Kar.

"Perguruan tinggi boleh memasukkan pancasila tapi boleh juga tidak. Bahkan, setiap orang bebas menafsirkan sila-sila Ideologi Bangsa Indonesia itu berdasarkan keinginannya masing-masing. Iya kalau benar, kalau salah?" lanjutnya.

Menurut Karyono, hal di atas bisa terjadi karena negara absen selama puluhan tahun dalam menjaga dan merawat ideologi Pancasila.

Karyono menambahkan, pancasila dikepung oleh tiga kutub Ideologi. Di satu sisi, pancasila berhadapan dengan kapitalisme dan liberalisme. Di sisi lain, ideologi kita berhadapan dengan ekstrimisme. Di sisi yang lain, pancasila berhadapan dengan Neo Komunisme.

"Jadi hari ini, Pancasila dihadapkan dengan ideologi transnasional. Bangsa kita, hari ini dihadapkan pada ancaman ideologi transnasional," jelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun