Mohon tunggu...
Alfa Riezie
Alfa Riezie Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang yang suka ihi uhu

Muhammad Alfariezie, nama yang memiliki arti sebagai Kesatria Paling Mulia. Semua itu sudah ada yang mengatur. Siapakah dan di manakah sesuatu itu? Di dalam perasaan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Tragedi Bab 2 Part 4: Ahli Seni Bela Diri Membunuh Anak Orang Alim

13 April 2021   04:42 Diperbarui: 13 April 2021   04:45 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Perubahan Idris Marham Setelah Chatingan dengan Si Cewek

Ketika ashar tiba, sahabatku tak pergi ke masjid, maka itu  adalah salah satu ganjalan perasaan yang saat itu membuatku jemu ketika berjalan sendiri untuk melaksanakan kewajiban. idris marham tidak pergi ke masjid karena sedang asyik chatingan  dengan cemceman barunya. Padahal, sudah lebih dari satu jam ia berkenalan melalui pesan singkat dengan perempuan itu. Yang ia katakan padaku saat mengajaknya sholat adalah, "sudah kau duluan saja, kali ini aku ingin sholat di rumah---kan sekali-kali tak mengapa."

Setelah aku pulang dari masjid, ia pun belum juga beranjak dari tempat tidur. Aku yang rebah tepat di sampingnya, alangkah tak betah hingga pindah ke ruang tamu karena ketiak busuk yang menganga.

Idris marham  tak pernah begitu sebelum mencintai perempuan. Dia selalu mandi ketika pukul 15.00.
Selain itu, saat jatuh cinta, ia tidak lagi mengamalkan uangnya untuk masjid. Uang-uang sisa beli sayur dan jajan sekolahnya ia tabung untuk membelikan perempuannya itu sebuah kado ulang tahun dan lipstik.

Memang wajah ceweknya itu cantik, selain itu bohai. Tapi, sungguh aku tak memahami mengapa perubahan pada idris begitu drastis. Ia tidak lagi mengajar di masjid karena waktunya hanya untuk perempuan itu. Bahkan, untuk mengulang pelajaran di sekolah pun malas.

Hari minggu yang masih berkabut dan ketika nuri masih diam di dinding semu, idris marham membangunkanku. Tapi, bukan untuk bergegas melaksanakan solat subuh, melainkan sekadar memberitahu bahwa dia sudah resmi pacaran dengan si bohai.

Waktu  itu, dia begadang hanya untuk chatingan dengan perempuan yang menurutku binal. Ketika itu mata idris marham merah dan mulutnya sangat bau, maka kusimpulkan ia pasti tidak tidur semalaman.

Ia pun tidak melaksanakan sholat subuh karena kegirangan. Tapi, saat itu aku tak berani memarahinya bahkan menasehati pun. Hal itu, tak dapat kulakukan karena menghindari perkelahian dengannya. Idris adalah orang yang tak bisa dilarang---tentu saja setelah mengenal perempuan itu.

Aku sudah menyuruhnya untuk tetap melaksanakan sholat di masjid. Waktu itu, ia justru marah dan berkata, sudahlah aku sedang jatuh cinta dan ini adalah yang pertama maka bagi siapun yang melarang, sungguh dia bukanlah temanku. Bahkan tidak hanyaku, pak haji pun sudah tidak lagi ia ingat.

Pak haji sempat menanyakan tentang keadaan idris padaku. Terang saja pak haji mengkhawatirkan  idris karena sudah satu minggu ia tak lagi pergi ke masjid. Pak haji pun memintaku untuk menemaninya ke kontrakan. Ia ingin menasehati idris.

Ketika sampai di kontrakan, betapa ia terkejut ketika melihat idris yang masih tidur. Padahal, sudah mau masuk waktu isya. Ketika dibangunkan pun ia hanya menoleh kemudian tidur lagi, padahal tahu bahwa di sampingku ada pak haji. Kemudian pak haji mencoba membangunkannya tapi idris tak mau. Ia berpura-pura terlelap.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun