Mohon tunggu...
Alfa Riezie
Alfa Riezie Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang yang suka ihi uhu

Muhammad Alfariezie, nama yang memiliki arti sebagai Kesatria Paling Mulia. Semua itu sudah ada yang mengatur. Siapakah dan di manakah sesuatu itu? Di dalam perasaan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penelitian di Pabrik Bekas Minuman

9 Maret 2021   01:39 Diperbarui: 9 Maret 2021   02:11 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image By Muhammad Alfariezie

"Apa kamu gila?" tanyaku.
"Kita tidak mungkin bisa lari dari sini," jawabnya.

Baru saja Ikhsan menyelesaikan kata-kata itu, terdengar suara pintu terbanting. Aku pun berteriak. Lalu, aku memandang wajah Ikhsan. Tak ada sekata pun yang terdengar dari suaranya. Tahulah kami kalau pintu ada yang menutup. Tapi, siapa? Tak ada yang berjaga malam. Aku yakin sekali kalau di sini hanya ada kami berdua.

Sayup-sayup angin datang dari arah lemari. Seketika itu juga keluar asap dari dalamnya. Tapi, betapa aku terkejut menyaksikan keberanian Ikhsan.

"Siapa di sana? Jangan main-main dengan kami. Kami di sini bukan untuk bermain-main. Kedatangan kami hanya sebentar saja," ujarnya entah kepada siapa. Tapi, langkahnya tetap melaju ke arah lemari.

"Kamu bicara dengan siapa?" Tanyaku sembari masih menggenggam tangannya dan berjalan di sampingnya.

"Kamu berdoa saja, To. Kita harus percaya. Tidak akan terjadi apapun dengan kita," jawabnya. Tapi, pandanganya fokus ke arah lemari.

Belum sempat Ikhsan membuka pintu lemari yang sedari tadi bergetar, pintunya pun terbuka. Waktunya tak sampai satu detik. Sungguh seperti ada yang mendobrak. Saat itu juga dan detik itu juga aku tak tahu berada di mana.

Aku berada di dalam ruangan dan masih bersama Ikhsan. Tapi, aku merasa kalau kami tidak berada dalam dunia manusia. Melainkan dalam dunia yang lain.

Tempat kami berada setelah pintu lemari terbuka adalah di dalam ruang. Tapi, suasananya malam hari.

Di sini, ada banyak orang yang menggunakan pakaian industri. Kepala orang-orang itu menggunakan pembungkus yang terbuat dari plastik. Mereka semua menggunakan sepatu boot. Tangannya bersarung. Mereka semua sibuk mengemas bahan-bahan yang berbentuk serbuk. Tapi, ada juga yang mengemas bungkusan ke dalam kardus. Bungkusan itu seperti minuman seduh sachet.

Aneh sekali dan aku sangat yakin. Saat itu, kami berada di dunia lain. Aku dan Ikhsan hanya saling berpandangan. Tak ada kata yang keluar dari mulut kami karena memang tidak bisa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun