Mohon tunggu...
Alfa Riezie
Alfa Riezie Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang yang suka ihi uhu

Muhammad Alfariezie, nama yang memiliki arti sebagai Kesatria Paling Mulia. Semua itu sudah ada yang mengatur. Siapakah dan di manakah sesuatu itu? Di dalam perasaan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuntilanak dan Bajil Berjalan ke Arahku

1 Maret 2021   00:55 Diperbarui: 1 Maret 2021   07:57 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image By Muhammad Alfariezie

Aku hanya meringkuk seraya menutup mata menggunakan kedua tangan dan dengkul. Kuntilanak dan bajil berjalan perlahan dari arah kamar menuju sudut ruang yang terletak persis di bawah tangga dalam rumah di ujung jalan mawar.

Aku tidak bisa ke mana-mana. Seluruh tubuh begitu kaku. Aku melihat ada taring di dalam mulut bajil yang selalu menganga. Sedangkan ketika tak sengaja melihat wajah kuntilanak, aku melihat matanya yang bolong, aku melihat bibirnya yang berlumur darah dan wajahnya yang putih seperti cat dinding rumah tua yang kusam.

Suara gesekan lantai dan kaki terdengar semakin jelas dan dekat. Wartawan majalah misteri tak memiliki keberanian melihat ke arah suara.

Sungguh enggan aku melihat bayi bertaring yang berlumur darah serta rambutnya penuh belatung dan sedang berjalan. Aku pun tidak mau melihat kuntilanak yang sedang berjalan seraya menyeringai dan menuntun bajil.

Aku hanya bisa meringkuk dan menutup mata ketika pundak terasa ada yang menggenggam dan bibir ini tidak bisa berkata apapun ketika terasa sekali kepala basah lantaran ada sesuatu yang menetes. Tapi, aku tidak mampu menggerakkan kedua tangan.

"heesss. Emh. Haerr." Terdengar suara perempuan dewasa dan suara bayi di telinga kananku.

Selain suara, aku merasa ada rambut panjang yang berada di depan hidungku. Baunya sungguh seperti serangga daun yang amat menyengat.

"Hacih," bersinku.

Betapa aku terkejut dan langsung melompat lalu pergi dari sudut tangga rumah tempat perempuan hamil bunuh diri. Saat aku bersin, kedua tanganku terlepas dari mata tanpa terduga. Di depan, ada bajil yang sedang menatapku sembari menganga dan mengeluarkan liur.

Wajahnya yang merah dan matanya yang terlepas berpadu dengan sawang dan lantai bertanah liat serta berumput. Selain itu, kuntilanak tanpa mata yang panjang rambutnya dari kepala sampai menyentuh lantai, tersenyum ke arahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun