Mohon tunggu...
Alfa Riezie
Alfa Riezie Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang yang suka ihi uhu

Muhammad Alfariezie, nama yang memiliki arti sebagai Kesatria Paling Mulia. Semua itu sudah ada yang mengatur. Siapakah dan di manakah sesuatu itu? Di dalam perasaan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuntilanak dan Bajil Berjalan ke Arahku

1 Maret 2021   00:55 Diperbarui: 1 Maret 2021   07:57 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image By Muhammad Alfariezie

"Bisakah nanti malam membantuku untuk masuk ke rumah itu secara diam-diam? Ada uang lima ratus ribu sebagai imbalan," kataku kepada satpam saat siang terik tak bisa diajak kompromi.

"Kebetulan saya perlu uang untuk bayar kontrakan. Tapi, kita masuk lewat mana? Seniorku tidak mungkin mengizinkan kita masuk ke rumah itu tanpa izin pemiliknya," jawabnya.

"Jam berapa seniormu berkeliling? Jam segitulah kita masuk ke rumah itu. Dan untuk motor, aku rasa rumahmu bisa menjadi penitipan sementara," ujarku.

Jam sepuluh malam kami sudah menunggu di seberang jalan depan gerbang masuk kompleks. Kami sengaja menunggu di depan mini market karena dari sana terlihat gerak-gerik seniornya.

Saat seniornya berkeliling, kami berlari menuju rumah itu. Rumah ini sangat jelas sekali terlihat dari pos satpam. Walau gerbangnya tidak pernah dirantai atau digembok, kami mesti menunggu seniornya berkeliling untuk masuk sini.

Aku bergegas membuka pintu rumah di ujung jalan mawar menggunakan kunci yang telah kuduplikat. Aku tahu, Anto tidak mungkin mengizinkan kami untuk ke sini lagi. Tapi, aku juga tahu kalau investigasi ke rumah ini tidak mungkin satu kali saja.

Pradugaku benar. Hingga dua kali terjebak di dalam rumah ini, investigasi atas perempuan yang mati bunuh diri belum juga menemukan kecerahan. Namun, aku beruntung karena belum mati di dalam rumah ini.

Dukun yang tadi siang kutemui berhasil membuka pintu rumah ini. Tapi, dia datang hanya untuk menolongku, bukan untuk menyelesaikan misiku malam ini.

Aku dan dia segera membopong satpam kompleks yang pingsan. Betapa aku terkejut ketika telah keluar melewati pintu rumah. Dukun ini sudah menyiapkan mobil di depan pagar.

"Bagaimana Anda bisa masuk ke rumah ini tanpa sepengetahuan satpam?" Tanyaku sembari masih mengatur napas.
"Ini minum dulu," katanya seraya menyetir.
"Satpam itu sudah kubuat tidur sebentar. Setengah jam lagi dia akan bangun. Pergerakanku dan kalian tidak akan ketahuan olehnya," tambahnya.

Saat kami sampai di salah satu kamar di dalam rumahnya, aku langsung tergeletak karena tiba-tiba pandanganku gelap. Mungkin karena lelah membopong satpam berbadan buncit. Tapi, bisa juga karena telah mengalami peristiwa penting.

2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun