Bidang politik dan ilmu agama kerap menjadi kontroversi bagi masyarakat. Tak jarang, politik sering dijadikan kambing hitam sebagai penoda agama. Sedangkan agama, kerap dituduh sebagai  alat untuk memenangkan persaingan kekuasaan.
Praktek di lapangan, sempat terjadi keriuhan masyarakat. Fanatisme pendukung partai dan kelompok agama mudah tersulut. Tak jarang, banyak yang bermusuhan lantaran perbedaan pilihan atau pandangan.
Apakah politik dan agama berselisih. Atau kedua  tokoh memiliki permusuhan? Tak juga. Banyak tokoh  politik dan agama yang berteman dan duduk bareng sembari menikmati cemilan serta kopi atau teh untuk mendiskusikan kepentingan masyarakat.
Lagi pula, politk dan agama adalah dua ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Bayangkan jika tidak ada politik. Peperangan pasti menjadi ilmu untuk merebut kekuasaan. Sedangkan agama berguna untuk menjalankan pemerintahan. Menurut Sekretaris MUI Bandarlampung, Abdul Azis, agama berperan sebagai pondasi bagi kompetisi.
Secara umum, Harold D. Lasswell, ilmuan politik asal amerika sekaligus pencetus ilmu komunikasi, mengatakan, politik adalah tentang siapa mendapat apa dengan cara bagaimana. Hal ini sependapat dengan yang diungkapan Wakil Ketua PCNU Abdul Aziz. Menurutnya, politik adalah ilmu atau seni untuk meraih kekuasaan.
Seni atau cara bagaimana meraih otoritas bisa juga dilakukan secara mendekatkan diri kepada para ulama. Secara umum, ulama dianggap sebagai orang berpengatahuan mendalam. Posisinya di tengah masyarakat kerap menjadi guru atau penengah dalam segala persoalan.
Wajar jika banyak calon pemimpin dari partai politik yang akan bertarung merebutkan kekuasaan meminta dukungan dan nasehat kepada ulama. Masyarakat akan simpatik kepada pemimpin yang bersahabat dengan orang alim.
Mendulang perolehan suara melalui pendekatan humanisme bersama kaum cendekia adalah salah satu seni dalam meraih kekuasaan. Masyarakat menilai, para alim pasti memberi nasehat kepada calon pemimpin untuk memperjuangkan nasib mereka. Selain itu, orang yang taat terhadap agamanya, tentu akan memberi masukkan yang bermanfaat bagi keberlangsungan hidup berbangsa dan bertanah air.
Abdul Aziz menjelaskan, pemimpin harus banyak mendengar. Selain dari menteri dan masyarakat, adalah dari ulama. Bahkan, dia sempat mempermasalahkan ketika ada yang bertanya tentang tokoh agama yang duduk bareng politisi.
" Jika melihat tokoh agama duduk bersama para politikus maka jangan berpikir negatif. Apa tokoh agama dan politik harus bertengkar?" tanyanya.