Mohon tunggu...
Alfa Riezie
Alfa Riezie Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang yang suka ihi uhu

Muhammad Alfariezie, nama yang memiliki arti sebagai Kesatria Paling Mulia. Semua itu sudah ada yang mengatur. Siapakah dan di manakah sesuatu itu? Di dalam perasaan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Millenial Juga Rival

7 Januari 2021   22:53 Diperbarui: 7 Januari 2021   23:00 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wawancara
Isbedy Stiawan ZS
Sastrawan

Sastra sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia sejak sebelum merdeka. Ada banyak jenis sastra yang terkenal dari dulu hingga kini.Nama-nama pengarang Indonesia pun selalu bermunculan berdasarkan zaman. Hal ini menandakan, sastra adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan yang cukup diminati oleh masyarakat Indonesia.

Tentu saja, hal ini bukanlah tabu. Banyak perguruan tinggi negeri yang memiliki Program Study Ilmu Sastra dan Bahasa Indonesia. Peminat sastra tidak pernah berhenti dari zaman ke zaman. Itu terbukti, meski beberapa media yang memuat cerpen dan puisi tidak lagi memberi kolom. Namun, Event-event sastra, baik perlombaan maupun festival selalu bermunculan sepanjang tahun.

Salah satu Sastrawan Indonesia yang karyanya sudah mendapat berbagai apresiasi dari berbagai event atau penghargaan ialah Isbedy Stiawan ZS. Beliau lebih dikenal sebagai penyair dan sebagai Paus Sastra Lampung.

Beberapa waktu lalu, Isbedy tak hanya mendapat penghargaan dari Lembaga Swasta di Lampung, yakni Lamban Gedung Kuning. Namun, tiga karyanya masuk nominasi 5 besar buku puisi terbaik Kemendikbud, 25 besar buku puisi terbaik Hari Puisi Indonesia dan 5 besar buku puisi terbaik Tempo tahun 2020. Lantas, bagaimana perjalanan karirnya dan rahasia apa di balik karya-karya serta kehidupannya? Berikut petikan wawancara wartawan Lampung News  Muhammad Alfariezie bersama Isbedy Stiawan ZS, Senin, (4/1).

Ceritain Dong kekuatan utama buku puisi Tausyaih Ibu yang masuk Nominasi 25 Buku Puisi terbaik Hari Puisi Indonesia?

Dalam masa pandemi ini, kita memerlukan suatu nasehat. Saya melihat dan merasakan kalau yang paling mujarab adalah dari ibu. Bukan dari pemerintah atau siapapun.

Berdasarkan fenomena pandemi, maka saya berinisiatif untuk memberi judul buku ini Tausyiah Ibu. Meski, ada juga dalam buku puisi tersebut yang tidak bicara pandemi. Tapi, sekali lagi, kenapa judulnya Tausyiah ibu? Setiap menentukan judul, saya selektif. Dari proses penyeleksian itu, saya menilai kalau Tausyiah Ibu akan lebih menarik perhatian orang-orang.

Kalau buku yang masuk nominasi 5 kateogori Puisi terbaik dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, yang judulnya Kini Aku Sudah Menjadi Batu, bagaimana?

Judul buku ini bermakna tentang situasi ketika kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Saya merasa, ketika seseorang sudah tidak bisa protes kepada negara atau penguasa berarti hampir sama seperti batu. 

Seperti pada kekuasaan sekarang ini, sedikit-sedikit menjerat orang dengan pasal undang-undang IT. Kalau sudah begitu, kita sebagai manusia tidak bisa apa-apa lagi untuk hidup di negara ini. Apakah judul ini sebagai ungkapan kekecewaan? Iya. Boleh juga jika diartikan sebagai kekecewaan terhadap penguasa atau fenomena saat ini.

Puisi Kini Aku Sudah Menjadi Batu, saya anggap kuat dalam kualitas karya dan memiliki nilai jual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun