Mohon tunggu...
Alfarabi Maulana
Alfarabi Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Asal Cirebon, tapi daerah Sunda. Nulis sana-sini.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kabinet Baru: Alat Pintar yang Baru

26 Desember 2020   10:44 Diperbarui: 26 Desember 2020   10:50 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kabinet Indonesia Maju yang namanya disematkan pada sebuah lingkaran yang berisi 34 menteri (kalau tidak salah) ibarat perwujudan dari harapan bersama bahwa kita semua bergerak ke arah yang sama untuk menjemput peradaban dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Ibarat pepatah bahwa nama adalah sebuah doa yang layak menjadi dasar filosofis pentingnya sebuah nama.

Tinggalkan sebuah nama, kehidupan adalah sebuah kesatuan yang tidak terdiri hanya dari satu unsur. Dalam Islam sendiri, yang saya pelajari dalam proses mencapai sebuah tujuan itu diperlukan minimal tiga hal, yaitu usaha, doa, dan pasrah kepada hasil akhir (tawakal). Jika pemberian nama yang sebelumnya dibahas, mungkin lebih cocok dikategorikan ke dalam doa, meskipun ada sifat usaha di mana usaha dilakukan untuk memberikan nama yang tepat dan sesuai dengan visi-misi.

Urutan terkadang tidak berlaku secara praktis, sehingga usaha dalam memajukan negara harus kita lakukan terus menerus dari sebelum penyelenggaraan negara, bahkan sampai sesudahnya karena estafet pemerintahan negara yang bersifat kontinu. Usaha yang dilakukan oleh presiden saat ini adalah dengan merombak inti dari kabinet tersebut, dengan harapan mungkin bisa memperbaiki masalah-masalah yang terjadi.

Sah-sah saja usaha yang dilakukan dalam mencapai sebuah tujuan. Karena pandangan seseorang itu berbeda-beda. Tergantung lingkungan internal dan eksternal. Presiden pastinya menyadari bahwa menteri bukanlah alat yang simpel. Subjek menteri merupakan alat kompleks yang pintar. Ibarat membeli gawai pintar dengan sistem operasi yang berbeda, kita sebagai pemilik alat perlu memahami apa yang bisa dilakukan oleh alat tersebut.

Berbagai pengaturan awal juga perlu dilakukan supaya sistem bisa bekerja sesuai dengan yang kita inginkan. Oleh karena itu dalam topik ini, hal yang menurut saya menjadi tantangan bagi presiden adalah melakukan penyesuaian pengaturan setelah masuknya sistem-sistem baru guna penyelarasan arah dan fungsi masing-masing.

Coba bayangkan ketika kita berada di sebuah lingkungan baru yang tidak cocok, atau lingkungan kita dirusak oleh seseorang yang tidak selaras dengan kita. Nilai plus jika perubahan yang terjadi semakin baik, namun resiko darinya juga perlu menjadi pertimbangan.

Apabila penyesuaian bisa dilakukan dan harmoni fungsi kabinet bisa tercapai. Menurut saya mudah saja langkah ke depannya. Masalah yang datang bisa dihadapi bersama. Saran-saran yang baik bisa diserap, sampai cita-cita yang tersemat dalam doa bisa diwujudkan dengan usaha yang tepat. Terakhir, presiden tidak perlu repot-repot rombak kabinet dan memulai dari awal lagi.

Mari kita berusaha dan berdoa yang terbaik untuk membangun komunikasi yang baik guna harmonisasi masyarakat. Sehingga tahun-tahun yang akan datang kita sudah terbiasa dengan diri masing-masing dan bisa menghadapi masalah dengan lebih bijak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun