Mohon tunggu...
Alfan Jamil
Alfan Jamil Mohon Tunggu... Guru - Nama : Alfan Jamil Ttl : Jember, 18 November 1998 Alamat : Jl. Mayjend Panjaitan no.12 Sidomukti Kraksaan Probolinggo Riwayat Pendidikan : •SMPN 1 Kalisat Jember •SMA Nurul Jadid PP. Nurul Jadid Paiton Probolinggo •S1 Ekonomi Syariah Universitas Nurul Jadid •S2 Manajemen Pendidikan Islam Universitas Nurul Jadid •Ma'had Aly Nurul Jadid jurusan Fiqh dan Ushul Fiqh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya Alfan Jamil, pernah Nyantri di PP. Nurul Jadid dan Ma'had Aly Nurul Jadid Jurusan Fiqh dan Ushul Fiqh. SMA sampai S2 di PP. Nurul Jadid dan sekarang masih aktif mengajar dan mengabdi di Ma'had Aly Nurul Jadid dan PP. Darul Lughoh Wal Karomah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metode Pendidikan Menurut Al Quran (Telaah Kandungan QS An-Nahl Ayat 125)

26 Februari 2021   20:36 Diperbarui: 26 Februari 2021   21:15 2915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia dan untuk manusia dengan berbagai perangkat, karakter dan eksitensinya. Ketiga aspek ini merupakan landasan ideal pendidikan yang kemudia dikembangkan kedalam bentuk komponen-komponen pendidikan. Salah satu komponen penting yang menghubungkan antara tindakan dan tujuan adalah metode, sebab sebuah materi tidak akan tersampaikan kepada murid dengan baik kecuali disampaikan dengan metode yang tepat.

Beberapa jenis metode yang digali dan juga dikembangkan dari ayat-ayat Al-Qur’an antara lain metode hiwar, jidal, hikmah, mau’idzah hasanah, amtsal, qishah, tajribah dan targhib-tarhib. Dalam praktiknya, beberapa metode ini tidak dapat dipisahkan secara ekstrem, karena pendidikan Qur’ani bersifat integral, akan tetapi metode-metode tersebut akan tampil secara kepastian pada suatu tindakan pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisi, sifat dan karakter, materi serta tujuan yang hendak dicapai.

Dalam tulisan ini penulis akan mengurai tentang  metode pendidikan yang terkandung dalam QS. An-Nahl  Ayat 125 yang berbunyi:
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ (النحل:125)
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

*TAFSIR LAFDZI

Kataٱدۡعُ  (serulah) manusia, hai Muhammad إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ  (kepada jalan Rabbmu) yakni agama-Nyaبِٱلۡحِكۡمَةِ  (dengan hikmah) dangan Al-Quran وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِ  (dan pelajaran yang baik) pelajaran yang baik atau nasihat yang lembut وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي  (dan bertahanlah mereka dengan cara) bantahan هِيَ أَحۡسَنُ (yang baik) seperti menyeru mereka untuk menyembah Allah swt dengan menampilkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran-Nya atau dengan hujjah-hujjah yang jelas. إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ  (seungguhnya Rabbmu Dia-lah Yang lebih mengetahui) atau Maha Mengetahui-   بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ  (tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk) maka Dia membalas mereka; ayat ini diturunkan sebelum diperintahkan untuk memerangi orang-orang kafir. dan diturunkan ketika Hamzah gugur dalam keadaan tercincang; ketika Nabi saw melihat keadaan jenazahnya, lalu beliau saw. bersumpah melalui sabdanya: “sungguh aku bersumpah akan membalas tujuh puluh orang dari mereka sebagai penggantimu”.


*ASBABUN NUZUL SURAT AN-NAHL

Kasus-kasus yang menyebabkan turunnya surat atau ayat inilah yang disebut asbab an-nuzul. Mengetahui asbab an-nuzul ini sangat membantu untuk mengetahui ayat Alquran dan untuk mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang dikandungnya. Oleh karena itu, sekelompok ulama hadis dari kalangan sahabat dan tabi‘in menaruh perhatian besar terhadap hadis-hadis asbab an-nuzul. Mereka banyak meriwayatkan hadis semacam itu.  

Para mufasir berbeda pendapat seputar asbab al-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah SAW.  Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya ayat tersebut.

Mengenai sebab turunnya ayat ini, al-Wahidy dalam kitabnya Asbab an-Nuzul mengatakan :
"Dari Abu Manshur Muhammad bin Mahm al-Manshury, dari Ali bin Amr dari Abdullah bin Muhammad bin Abd al-Aziz, dari Hakam bin Musa dari Ismail bin Iyas, dari Abdul Malik bin Abi Uyainah, dari Hakam bin Uyainah dari Mujahid, dari Ibn Abbas berkata: Ketika kaum Musyrikin pulang dari perang Uhud maka Rasulullah pun pulang, lalu beliau melihat suatu pemandangan yang menyedihkannya, juga melihat Hamzah (paman beliau) yang robek perutnya, hidungnya terpotong, kedua telinganya putus. Lalu Rasulullah berkata: Andaikan tidak karena para wanita itu bersedih atau ada tahun setelahku maka sungguh akan aku tinggalkan dia hingga Allah mengirimkannya ke perut hewan buas dan burung. Sungguh aku akan membunuh tujuh puluh orang dari golongan mereka sebagai penggantinya. Lalu Rasulullah mengambil kain16 untuk ditutupkan di wajahnya tapi kakinya tersembul (masih tampak) lalu kedua kakinya ditutup dengan rerumputan. Rasulullah pun mendekat dan membaca takbir sepuluh kali, lalu orang-orang dipanggil untuk meletakkan Hamzah ke tempatnya. Rasulullah lalu menshalatinya tujuh puluh kali. Korban meninggal (dalam perang itu dari pihak kaum muslimin) berjumlah tujuh puluh orang. Ketike mereka telah dikuburkan semua maka turunlah ayat tersebut (ayat 125) sampai ayat 127. maka Rasulullah pun bersabar dengan kesabaran yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun.
Meskipun demikian, ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah siapa saja, Muslim ataupun kafir, dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan asbab al-nuzul-nya (andaikata ada asbab al-nuzul-nya). Sebab, ungkapan yang ada memberikan pengertian umum.  Ini berdasarkan kaidah ushul:
العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب
Artinya: “Yang menjadi patokan adalah keumuman ungkapan, bukan kekhususan sebab.”
Setelah kata ud‘u (serulah) tidak disebutkan siapa obyek (maf‘ûl bih)-nya. Ini adalah uslub (gaya pengungkapan) bahasa Arab yang memberikan pengertian umum (li at-ta’mîm).  Dari segi siapa yang berdakwah, ayat ini juga berlaku umum. Meski ayat ini adalah perintah Allah kepada Rasulullah, perintah ini juga berlaku untuk umat Islam.

*Pendapat Ulama’ dan Pakar

Para ulama memahami bahwa ayat ini menjelaskan tiga macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap cendikiawan yang memiliki intelektual tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah, yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka. Terhadap kaum awam diperintahkan untuk menerapkan mau’izhah, yakni memberikan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang sederhana. Sedang terhadap Ahl al-kitab dan penganut agama-agama lain yang di perintahkan menggunakan jidal ahsan/ perdebatan dengan cara yang terbaik, yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun