Mohon tunggu...
Alfain Aknaf Rifaldo
Alfain Aknaf Rifaldo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia

Hanya mas mas biasa yang tidak kuat mengonsumsi kopi tanpa air Instagram : @aaknafr

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tembakau, Mengobarkan Semangat dalam Pandemi

22 Juni 2021   16:21 Diperbarui: 22 Juni 2021   20:40 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid 19 bagi sebagian orang adalah cobaan yang benar-benar berat. Bagaimana tidak? Karena pandemi, banyak karyawan yang terkena PHK massal dari tempat mereka bekerja. Hal yang sama juga menimpa sektor lain, seperti pariwisata sampai pekerja seni. Semuanya harus jatuh bangun berusaha bertahan dari masa pandemi ini.

Bagi sebagian orang yang lain, pandemi malah mendatangkan berkah. Bagi orang-orang ini, pandemi tidak melulu merupakan sebuah musibah. Justru masa pandemi seperti sekarang ini mendatangkan rejeki yang tidak diduga-duga dan mungkin tidak akan terjadi tanpa adanya pandemi. Ada banyak jenis pekerjaan ataupun sektor usaha yang terkena cipratan manis dari pandemi, salah satunya adalah bisnis tembakau.

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri
Bertahan dari terjangan pandemi dengan berjualan tembakau

Ihdi Khasib Mafrudo (29), seorang pengusaha tembakau yang berasal dari kecamatan Bumiayu, kabupaten Brebes, Jawa Tengah berbagi cerita. Di kampung halamannya, pria yang biasa dipanggil Udo tersebut ikut menjalankan bisnis tembakau yang sudah sejak dulu dikelola orangtuanya.

Bisnis tembakau ini sudah dimulai sejak dulu, tepatnya pada tahun 1985 oleh Solikha (53) yang merupakan ibu dari Udo. Solikha sendiri berasal dari Demak, Jawa Tengah. Di daerahnya berasal, keluarga Solikha memang memiliki bisnis tembakau. Pada usia remaja, Solikha mulai ikut kakaknya merantau di Kecamatan Bumiayu untuk berdagang tembakau. Semakin dewasa, Solikha memberanikan diri untuk memulai bisnis tembakaunya sendiri dan berhasil bertahan hingga hari ini.

Kembali ke masa sekarang. Bagi Udo, masa pandemi adalah sebuah karunia dari Yang Maha Kuasa. Pandemi benar-benar membawa angin segar bagi pelaku usaha di bidang tembakau, termasuk di warung sederhana yang dia kelola di samping jalan di kawasan Pasar Wage Bumiayu tersebut.

Menurut Udo, di masa pandemi ini banyak yang mengalami kesulitan ekonomi. Di sisi lain, harga cukai rokok sempat melambung naik. Akibatnya daya beli masyarakat terhadap rokok pabrikan menurun dan masyarakat mulai mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam merokok. Alternatif tersebut salah satunya ialah tembakau.

"Rokok itu bagi banyak orang sudah menjadi kebutuhan, sama kayak beras, gula dan lainnya. Jadi ketika cukai rokok makin mahal dan susah terbeli, masyarakat mau gak mau harus cari rokok yang lebih terjangkau, solusinya ya tembakau. Setelah coba rokok lintingan, eh ternyata dirasa cocok. Ya akhirnya mereka lanjut." terangnya sambil terkekeh.

Tembakau yang dulunya dianggap kuno dan hanya dikonsumsi orang tua mulai mengambil hati anak muda. Selain karena harganya yang relatif terjangkau, merokok dengan melinting tembakau rupanya terlihat 'antik' dan klasik. Hal inilah yang secara perlahan memunculkan trend linting dhewe atau biasa diakronimkan menjadi tingwe.

Kemunculan trend tingwe ini juga mempengaruhi konsumen yang datang ke toko tembakau milik Udo tersebut. "Alhamdulillah gara-gara pandemi kami malah dapet konsumen-konsumen baru. Kalau dulu cuma dari kalangan orang tua dan ekonomi menengah ke bawah, sekarang anak muda dan kalangan menengah ke atas mulai pindah ke tembakau." kata Udo tersenyum sambil melinting tembakaunya.

Konsumen yang makin beragam ini secara tidak langsung telah memaksa Udo agar berinovasi dalam bisnis tembakau tersebut. Dia mulai menyediakan tembakau yang lebih beragam. Jika dulu di warungnya hanya ada tembakau dari Mranggen, Garut dan Boyolali, sekarang sudah tersedia tembakau Gayo, Sopeng, Temanggung dan banyak daerah lainnya. Tembakau yang seperti ini bisa disebut tembakau single origin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun