Mohon tunggu...
Alfa Anisa
Alfa Anisa Mohon Tunggu... Editor - Penulis Blitar

Saat sedang sendirian, lebih suka menikmati waktu untuk berimajinasi, melamun dan menyendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Ibu: Rawatlah Aku di Masa Tua Nanti

23 Desember 2022   22:39 Diperbarui: 23 Desember 2022   23:37 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dulu Ibu pernah berharap kepada Tuhan agar memiliki anak bungsu perempuan, akhirnya lahirlah kamu. Suatu hari nanti, jika ibu telah lanjut usia dan tak bisa melakukan aktivitas apapun, tolong jaga dan rawat ibu, karena perempuan lebih tahu bagaimana caranya merawat dengan ketulusan," pesan ibu suatu hari di masa lalu. 

Pesan ibu yang tiba-tiba berawal dari pertanyaanku tentang alasan memilih perempuan sebagai anak terakhir, padahal saat itu ibu hanya memiliki 1 anak lelaki dengan 2 perempuan. Pesan itulah yang selalu membekas di ingatanku hingga saat ini, pesan untuk tetap merawat dan membuatnya bahagia pada hari-hari di masa tuanya.

Ibu menjadi sosok yang membuatku belajar banyak hal tentang arti kesabaran dari caranya dulu merawat nenek, mertua, serta bapak yang telah lebih dulu menghadap-Nya. Mengajarkanku tentang perempuan harus menjadi mandiri, dan pribadi untuk tetap berdiri di atas kaki sendiri.

Pesannya saat aku menikah pun sederhana, "kalau diberi uang oleh suamimu, terimalah berapapun nominalnya dan ucapkan terimakasih dengan tulus. Tapi jika memang belum diberikan nafkah, janganlah mengeluh, berusahalah untuk mandiri dengan apapun yang kamu bisa,"

Sosok Inspiratif, Merawat Senyum Anak-anak Sekitar Setiap Hari

Mendengar suara tawa dan ceria anak-anak kecil merupakan rutinitas yang telah lama ibu rawat sejak di tahun 90-an. Lantunan lafadz Al quran yang bersahutan dengan celoteh anak-anak kecil mengeja huruf Alif Ba' Ta' menjadi pemandangan yang senantiasa menyambut sore dengan sukacita.

Dengan cara sederhana, ibu mengajarkanku bagaimana menjadi sosok pribadi yang memiliki keikhlasan dan tanpa pamrih berbagi ilmu agama dengan anak-anak di sekitar rumah. Membuatku belajar arti bahwa ilmu yang bermanfaat bukanlah tentang seberapa jauh dan mahalnya ilmu itu didapatkan, tapi seberapa manfaatnya diamalkan untuk orang-orang sekitar.

Hal itu mengingatkanku saat masa kuliah, ibu tak berharap semoga setelah lulus kuliah aku mendapatkan pekerjaan yang bagus, dan karir cemerlang, tapi ibu yang hanya lulusan SMP berpesan kepadaku, "Kalau kamu niat kuliah untuk mencari ilmu dan pengalaman, ibu mengizinkannya. Percayalah kalau niat menambah ilmu itu benar-benar terjaga, niscaya karir yang bagus akan mengikutinya,"

Saat itu aku berpikir ibu barangkali sedikit berbeda dengan orang tua lainnya, namun ternyata ucapan seorang ibu telah menjadi kenyataan. Aku mendapat pekerjaan yang telah lama kuimpikan sejak dulu, menjadi penulis sekaligus editor yang dapat bekerja di mana saja tanpa harus memikirkan wira-wiri ke kantor. Terimakasih, Bu. Doa-doa baik semoga senantiasa dibalas oleh Allah.

Bahagianya Sederhana, Bertemu Orang-orang dalam Suatu Pertemuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun