Mohon tunggu...
Naufal Alfarras
Naufal Alfarras Mohon Tunggu... Freelancer - leiden is lijden

Blogger. Jurnalis. Penulis. Pesilat. Upaya dalam menghadapi dinamika global di era digitalisasi serta membawa perubahan melalui tulisan. Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. "Dinamika Global dalam Menghadapi Era Digitalisasi" Ig: @naufallfarras

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Beda Data Karhutla, Penyebab Gesekan Malaysia-Indonesia

12 September 2019   17:48 Diperbarui: 12 September 2019   17:55 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kahutla (Sumber: republika.co.id)

Penyebaran kabut asap terus meluas yang menyebabkan titik api kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mengalami peningkatan terutama di wilayah Kalimantan dan Sumatera pada tahun ini.

Musim kemarau berkepanjangan disebut sebagai salah satu faktor penyebab mengapa karhutla kerap terjadi sepanjang tahun 2019. Kehadiran kabut asap pun tidak dapat dihindari hingga mencapai negara tetangga.

Malaysia menjadi salah satu negara yang harus menerima kiriman kabut asap dari tetangganya, yaitu Indonesia. Otoritas Malaysia mengaku prihatin atas karhutla yang terjadi hingga beberapa kali menyinggung Indonesia mengenai kabut asap.

Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup RI, Siti Nurbaya Bakar, menanggapi bahwa kabut asap yang melanda Malaysia justru berasal dari kebakaran hutan di wilayah mereka sendiri.

Malaysia dianggap tengah berupaya untuk menutupi kebakaran hutan yang terjadi di negaranya saat ini. Kabarnya, Siti akan menulis keterangan resmi kepada Dubes Malaysia di Jakarta yang ditujukan kepada menteri setempat.

Perihal yang akan disampaikan mengenai data dan fakta apa yang menjadi dasar otoritas Malaysia dalam penyebaran kabut asap di Malaysia kini. Padahal, Indonesia disebut telah semaksimal mungkin dalam menanggulangi karhutla.

Kabut asap memang sempat berada di daerah batas wilayah Indonesia pada 8 September lalu, namun hanya berlangsung selama satu jam yang kemudian kembali normal.

Pantauan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan adanya peningkatan titik api di Negeri Jiran yang semula 1.038 titik menjadi 1.423 titik per 7 September lalu.

Kabut asap yang menyelimuti Kuala Lumpur tidak hanya berasal dari wilayah Kalimantan dan Sumatera saja. Melainkan juga berasal dari wilayah Sarawak dan Semenanjung Malaya yang merupakan wilayah Malaysia.

Akan tetapi, data milik Pusat Meteorologi Khusus ASEAN (ASMC) menunjukkan hanya ada tujuh titik api di Malaysia. Sementara di Kalimantan justru terdapat 474 titik dan Sumatera sebanyak 387 titik yang jauh lebih banyak.

Menteri Energi, Teknologi, Lingkungan Hidup, dan Perubahan Iklim Malaysia (Mestecc), Yeo Bee Yin, mengungkapkan bahwa kehadiran kabut asap yang berasal dari Indonesia telah merugikan pihaknya.

Yeo bahkan meminta kepada Siti agar tidak menyangkal data yang ada. Sebab insiden karhutla telah menyebabkan pencemaran udara di Malaysia.

Data milik ASMC pun diunggah oleh Yeo melalui akun Facebook pribadinya. Berdasarkan pantauan ASMC, arah angin memungkinkan kabut asap dari Indonesia menutupi sebagian besar wilayah Malaysia.

Berdasarkan data diatas, Yeo meminta pertanggungjawaban dari pemerintah Indonesia atas kabut asap yang telah mencapai mancanegara terkhusus di Negara Bagian Sarawak.

Meski demikian, Malaysia diketahui telah menawarkan bantuan kepada pihak Indonesia dalam mengatasi karhutla yang kerap terjadi di Kalimantan dan Sumatera.

Perbedaan data antar kedua negara perlu penyelesaian secara kekeluargaan. Jika dibiarkan, maka akan timbul konflik yang berujung pada perpecahan.

Dalam penyelesaiannya, kerjasama kedua negara perlu dibangun kembali dalam menanggulangi karhutla agar kehadiran kabut asap yang sama-sama merugikan dapat segera diatasi.

Bogor, 12 September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun